Apa sih mimpi-mimpi itu. Sebuah kata yang membikin manusia terlalu jauh dari realita. Ucapan ngelantur, terlalu tinggi dan halusinasi. Apalagi? Gagal? Yeah, dan kegagalan. Mimpi dan gagal memang sudah satu paket. Namun, alasanku enggan masuk ke dunia mimpi itu bukan karena gagal. Bukan. Kau tahu. Jonathan.
Kakakku pulang, sebelum menggapai mimpinya. Aku ingat obrolan di tenda. Mimpinya adalah mempunyai seorang adik yang bisa mewujudkan impiannya. Malam yang dingin itu, aku betekad untuk tidak membuat mimpi kakakku gagal lagi. Tapi kali ini, aku benar-benar muak.
Aku enggan. Aku tidak bisa. Belum bisa.
Tapi sialnya, aku tidak mau membuat mimpi kakakku gagal lagi. Itu saja.
***
“Kim!” teriak Mom seperti biasa dari lantai dasar. Aku menajamkan pendengaran. “Kau pesan pizza?” teriaknya lagi.
“Ya. Tunggu sebentar!” teriakku seraya bangun dari ranjang dan mengambil dompet di atas meja rias.