Imagine

it's her.
Chapter #6

Travel 6 - Behind The Screen, He Sent Me His Last Love

                “Jadi lo sama orang itu masih berhubungan?” tanya gadis berkaca mata pada gadis yang duduk di seberang meja kafe favorit mereka.

                “Namanya Andre, Laras. Bukan orang ‘itu’.” Jawab gadis itu tegas setelah meneguk isi cangkir mungil yang berada di genggamannya.

                “Alright. Gue ngerti. Lo jatuh cinta sama orang itu. Tapi…”

                “Andre, Laras sayang. Andre.” tegasnya lagi.

                Laras memutar kedua bola matanya, lalu berpura-pura membenarkan posisi kaca mata tebalnya. Ditatapnya cangkir yang dari tadi ia abaikan dengan tidak minat. Tak seteguk pun mengalir ke dalam tenggorokannya. Cappucino hangat yang biasa mampu membuatnya tergiur hanya dengan aroma yang menyiksa indra penciumannya.

                Pikiran temannya ini berkabut. Dia dibutakan dengan perasaan itu. Cinta. Bagaimana bisa seseorang jatuh cinta pada orang yang belum pernah ia temui?

                “Keisha... Lo tahu kan gua sayang banget sama lo?”

                “Tentu gue tahu. Lo kan sahabat terbaik gue, Ras. Dan gue percaya lo bakal dukung gue apapun yang terjadi.”

                Mendengar jawaban sahabatnya, Laras mulai berpikir lagi. Dia khawatir dengan gadis chubby ini. Cuaca hari ini memang cerah. Namun sepertinya cuaca hatinya mendung karena kekhawatiran yang menimpanya.

                “Oke. To the point. Lo…. Keisha. Okay? You’re Keisha.”

                “So?”

                “Iya.. Maksud gue… Lo tuh cantik. Pintar. Baik hati. Pandai bergaul. Dan….”

                “Dan gue adalah sahabat terbaik lo..”

                Cangkir yang sempat diabaikan terangkat oleh gadis ramping berkaca mata tebal itu. Lagi-lagi dia membenarkan posisi kaca matanya sebelum meneguk cappucino kesukaannya. Dia mencoba mengusir awan mendung di pikirannya. Sahabatnya bahkan tidak menyadari kode-kode yang sudah ia mainkan.

                Keisha menyadarinya, berusaha menutupi kenyataan. Kenyataan bahwa sahabatnya, Laras tidak menyetujui hatinya yang sudah jatuh. Jatuh terlalu dalam. Dia yang menggali lubang itu sejak awal. Jadi apapun risikonya, dia yang akan menanggungnya.

                “Ras, gue tahu. Gue bodoh. Tapi gue benar-benar cinta sama dia.” Keisha mulai bersuara, menatap sahabatnya dengan dalam. Berharap dia mengerti isi hatinya.

                “Tapi, Sha. Gue takut. Gue takut lo sakit nantinya. Gue takut lo patah hati. Gue juga takut lo bakal jatuh lebih dalam dari ini. Dan gue takut lo kehilangan kesadaran lo.” ungkapnya panjang lebar dengan matanya yang berkaca-kaca.

                Keisha yang sekali lagi menyadarinya, langsung beranjak dari tempat duduknya dan merangkul sahabatnya dari belakang, berusaha meyakinkan bahwa dia baik-baik saja.

                “Ras, lo percaya sama gue kan?”

                “Gue…” Laras berusaha berucap, tapi isakan tertahan itu menariknya untuk tidak bersuara.

                “Ras, gue beneran jatuh cinta sama dia. Andreas. Paris, France. 1991. Tampan. Punya pekerjaan. Dan gue percaya dia setia.” Ditepuknya pundak Laras, berusaha menenangkan lagi.

                Laras melepaskan lengan yang membalutnya. Tak peduli dengan perubahan raut wajah sahabatnya. Dia pun ikut beranjak dari tempat duduk di café itu. Matanya pun ikut berucap. Berusaha menyampaikan isi hatinya yang belum sempat tersampaikan. Di balik kaca mata itu, mata Laras mulai berair. Menyemprotkan air mata yang sedari tadi ia tahan. Keisha yang menatap prihatin berusaha merangkulnya kembali, namun tangannya langsung ditepis dengan kasar oleh Laras.

                “Sha, gue kecewa. Gue mau yang terbaik buat lo! Tapi lo…”

                Laras mendesah panjang. Kali ini dia tidak mampu menyembunyikan kekecewaannya. Khawatir dan kecewa, begitu menyiksa pikiran dan hatinya.

                “Nanti… Lo bakal sadar. Kalo yang gue khawatirin itu bakalan nyiksa lo, Sha. Oke… Lo ngga mau dengerin gue. Gue terima. Lo bilang cinta? Gue juga cinta banget sama lo, Sha. Gue udah anggap lo kayak saudara gue sendiri. Sha, gue udah kenal lo dari SMA. Kita sahabatan udah 7 tahun. Gue kenal banget watak loe. Tapi sekarang … Gue ngerasa asing banget sama aura lo. Gimana bisa lo jatuh cinta sama orang yang ngga pernah lo temui? Dan… WHAT? DUNIA MAYA? You’re crazy, chick.”

                Benar. Dia gila. Tergila-gila di depan layar laptopnya. Jatuh cinta dengan orang di dunia maya dan berencana untuk dibawa ke altar oleh orang itu. Orang yang belum tentu jelas keberadaannya, tapi hatinya percaya kalau orang itu tepat untuknya.

 

******

 

Lihat selengkapnya