Imagine about Her

Siji Getih
Chapter #5

4. Kerja Kelompok

"Baik murid-murid, Ibu hari ini ingin memberitahu sebuah tugas yang nantinya akan cukup berpengaruh untuk nilai kalian di rapot." Guru Wanita itu menulis beberapa kata di papan tulis. "Kalian bebas membuat kelompok dengan siapapun dan buat persentase tentang pendapat kalian mengenai masyarakat luas."

Apakah ini benar-benar harus dilakukan oleh anak-anak SMA seperti kami? bukankah itu adalah tugas yang seharusnya dilakukan para mahasiswa? apa yang dapat kami ketahui tentang masyarakat? kami hanya anak-anak remaja yang belum matang, yang hanya tahu bagaimana caranya merusak sesuatu. Dan pembagian kelompok berdasarkan kebebasan itu sepertinya agak sedikit tidak adil bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan, tapi adil bagi mereka yang memiliki, itu diskriminasi. 

Tunggu ... aku sudah membuat pendapatku mengenai masyarakat. Mungkin aku akan menggunakan ini sebagai pembuka dari presentasiku, tapi pertama-tama aku harus mencari sebuah kelompok yang dapat diajak bekerja sama ... memalukan, aku juga salah satu dari seseorang yang melakukan diskriminasi itu.

"Apa kamu ingin satu kelompok denganku?" tanyaku pada seorang Wanita yang selalu bersama denganku belakangan ini. 

"Iya, jika kamu tidak keberatan."

Tersenyum senang, lihat seberapa indah senyum yang keluar dari wajah Wanita itu, dan aku pikir Bu Guru tidak pernah mengatakan harus berapa orang dalam satu kelompok. Aku terkekeh pelan dan merasa bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan yang tak akan pernah terulang kembali.

"Kelompoknya mau sama siapa aja?" tanya Wanita itu yang sepertinya heran denganku yang tiba-tiba tertawa seperti orang gila. "Masa cuman kita berdua aja?"

"Bagus!" wajah Wanita itu menjadi semakin heran. "Lebih baik berdua saja, soalnya kalau banyakan nanti palingan mereka cuman numpang dapet nilai doang. Lagian Bu Guru juga gak bilang harus berapa 'kan di kelompoknya."

"Aku ngikutin kamu aja."

Bagus, ini adalah kesempatan yang tidak boleh terlewati. Sepulang sekolah aku pulanh dulu ke rumah untuk mengganti baju, lalu makan dan mengambil uang yang kusimpan dalam tabungan berbentuk doraemon, uang dari tabungan itu ialah uang sisa sekolah yang selalu aku sisihkan. Di rumah aku terus tersenyum, di perjalanan juga aku selalu tersenyum, aku penasaran dan sudah tak sabar ingin melihat pakaian seperti apa yang akan dipakai oleh Wanita itu ketika sedang tidak berada di sekolah. Akankah terlihat imut? ataukah terlihat cantik? 

Dan ketika aku telah sampai di rumahnya dan melihat pakaian yang dipakai olehnya. Itu sangat cantiknya dan imut. Meski diluar aku terdiam sebagai patung, dalam hatiku itu sangat membara. Aku ingin mengatakan bahwa dia sangat lucu, atau sangat cantik, atau pakaian itu sangat cocok dengan wajahmu yang indah, atau beberapa hal lain yang tidak kumengerti. Tuhan, sepertinya ada salah satu dari bidadarimu yang keluar dari dalam surgamu.

Lihat selengkapnya