Terkadang kita harus sampai pada titik kehilangan untuk bisa merasakan arti kehadiran dan menghargai kesetiaan.
***
Luka seorang istri karena pengkhianatan suami adalah luka yang tidak mudah disembuhkan. Ishana angkat topi terhadap sikap sang suami dan Arnetta-sahabatnya. Mereka menyembunyikan kebohongan yang terjadi bertubi-tubi dengan rapi.
Ishana tersungkur di atas hamparan sajadah, tenggelam dalam doa di sepertiga malam, mengadukan seluruh keluh di hati kepada Sang Pencipta. Dia khusyuk berdoa, sampai tidak menyadari kehadiran Arjuna di sampingnya. Pria yang masih berstatus suaminya itu, merengkuh Ishana ke pelukkan.
“Hana, maafkan aku,” bisik Arjuna.
“Aku juga minta maaf, Mas, selama ini masih banyak kekurangan. Belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik untukmu dan anak-anak.” Seraya menahan isak, Ishana mengurai pelukkan.
Arjuna menggenggam erat jemari dingin sang istri. “Aku mohon, Sayang, jangan pernah lagi minta aku menceraikanmu.”
“Mas, aku bukan perempuan berhati baja yang kebal terhadap rasa sakit. Sulit buatku untuk menerima kenyataan bahwa Arnetta mengandung anak kamu,” ucap Ishana lirih, tetapi penuh penekanan.