Imam Kedua

Intan Rahma
Chapter #22

Duka untuk Sekian Kalinya

Tiga tahun sudah Ishana menjalani pernikahan dengan Ardi. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan harmonis walaupun belum dikaruniai buah hati. Ardi tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dia sudah merasa cukup dengan kehadiran Raka dan Ziva.

 Abah dan Umma juga keluarga besarnya menerima kehadiran kedua anak itu dengan baik. Sikap santun yang ditunjukkan oleh Raka dan Ziva membuat orang tua Ardi menyayangi mereka.

Malam itu, Ishana sudah selesai memasak makan malam. Dia menatanya di meja sambil menunggu Ardi pulang mengajar. Setelah mereka menikah, Ardi mendapat tawaran menjadi dosen di Universitas Ibnu Hajar, salah satu universitas terbaik di kota mereka. Meski begitu, dia masih mengurusi pesantren di sela-sela waktunya mengajar.

Ketika mendengar suara mesin mobil memasuki garasi, bergegas Ishana menyambut sang suami. 

 “Asalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, Mas.” Ishana meraih tangan sang suami lalu menciumnya dengan takzim. 

“Anak-anak ke mana?” 

“Mereka tadi izin nginap di rumah Ibu,” jawab Ishana seraya menyodorkan segelas air. 

Ardi meneguk air putih itu hingga tandas lalu menyerahkan gelas kosong itu pada sang istri.

“Aku mandi dulu, Han.”

“Bajunya udah aku siapin di kasur, Mas,” kata Ishana, “kutunggu di dapur, ya. Kita makan sama-sama.”

Ardi mengangguk.

Tak lama pria rupawan itu keluar dari kamar dengan wajah segar. Celana training biru dan kaos putih membalut tubuh tegapnya. Dia duduk di kursi meja makan menyusul Ishana yang menunggu di sana.

 “Enak, Mas?” tanya Ishana ketika Ardi sedang mengelap mulutnya dengan tisu.

Piring di depannya sudah kosong. Lelaki itu mengangguk. “Masakan kamu selalu enak.” 

Ishana tersenyum. “Mas, besok kamu ada jadwal ngajar jam berapa?”

“Besok aku nggak ngajar, cuma ada jadwal bimbingan mahasiswa. Kayaknya, sih, pagi, tapi nanti aku cek lagi,” jawab Ardi, “kenapa?”

“Besok sore, abis Asar, bisa antar aku ke rumah sakit? Aku mau konsultasi ke dokter kandungan, Mas.”

“Kamu sakit?”

Ishana menggeleng.

“Terus?” Ardi menggenggam jemari sang istri. “Harus berapa kali kubilang? Aku nggak masalah soal anak. Bagiku sudah cukup kehadiran Raka sama Ziva. Aku nggak menuntut banyak soal ini,” bisiknya.

Ishana menyunggingkan senyum tipis. Kepalanya menunduk sebelum menceritakan masalahnya ke Ardi.

“Han?”

Lihat selengkapnya