Daripada menahan sakit hati mendalam, Ishana memutuskan untuk membuat jus buah. Dia keluar kamar lalu menuruni tangga, kemudian berjalan ke dapur. Tiba-tiba terdengar deru mobil di depan rumah disusul suara Raka.
“Asalamualaikum, Bun.”
“Waalaikumsalam, lho, Abang? Kok, pulang? Ada yang ketinggalan?” Ishana menyusul Raka ke kamarnya.
Lagi-lagi terdengar suara salam dari ruang tamu. Secepat kilat Ishana meraih cadar yang dia sampirkan di kursi pantry, kemudian bergegas menuju ruang tamu sambil berteriak menjawab salam.
Sampai di ruang tamu, tubuhnya mematung melihat sosok tinggi tegap mengenakan topi biru di kepala tengah tersenyum kepadanya.
“Hana ….” Arjuna menatap mantan istrinya dengan tatapan ramah. “Apa kabar?”
Sudah lama mereka tidak bertemu dan bertegur sapa.
“Alhamdulillah, aku baik, Mas. Netta mana?” Ishana celingukan mencari sosok istri Arjuna.
“Nunggu di rumah Ibu. Maura lagi rewel,” jawab Arjuna. “Aku antar Raka ke sini untuk ambil jaket dia.”
Sejenak suasana hening. Arjuna berinisiatif duduk di sofa.
“Mau minum apa, Mas? Kopi?”
“Air putih aja, Han. Aku nggak bisa lama-lama. Abinya anak-anak ke mana?”
“Lagi keluar, ada urusan sebentar,” jawab Ishana sambil duduk di kursi seberang Arjuna.
“Itu?” Arjuna menunjuk cadar yang terpasang di wajah Ishana lalu tersenyum. “Aku masih belum terbiasa melihatmu pakai cadar, Han. Kamu kelihatan beda. Cantik.”
“Hus, yang kamu bilang cantik ini istri orang, lho, Mas.”
“Iya, istri orang, tapi tetep aja dia ibunya anak-anakku. Gimana, dong?” canda Arjuna.
Ishana tertawa.
“Hem, Han, Ziva bilang dia sebentar lagi punya adik. Kamu lagi hamil?” tanya Arjuna hati-hati.
Ishana mengangguk, kemudian mengelus perutnya. “Iya, Mas, sudah empat minggu. Mohon doanya, ya.”
Arjuna menatap tangan Ishana yang mengelus-elus perutnya. Pikirannya melayang pada saat perempuan itu hamil Raka. Kali ini, Ardi pasti bahagia, sebahagia dia dulu ketika Ishana hamil anak pertama mereka.
Lelaki itu buru-buru menepis pikirannya. Ishana sudah bahagia sekarang. Arjuna tersenyum.
“Kenapa Ayah senyum-senyum sendiri gitu?”
Suara Raka membuat Arjuna terkejut. “Sudah ketemu, Bang, jaketnya?”
Raka mengangguk.
“Yuk, Mama sama adik-adik nungguin kita. Nanti keburu sore.” Arjuna lalu menoleh pada Ishana. “Aku ajak anak-anak menginap di puncak, ya, Han.”
Ishana mengangguk. “Kalian hati-hati, ya. Salam untuk Netta sama Maura. Lain kali ajak mereka mampir ke sini, Mas.”
“Insyaallah. Kamu juga jaga diri baik-baik, Han, jaga kesehatan,” balas Arjuna sembari masuk ke mobil bersama Raka.