Imam Kedua

Intan Rahma
Chapter #40

Akhirnya Terjadi Juga

Tiba di rumah sakit, Ardi langsung menuju kamar rawat inap Salwa. Gadis itu duduk di tepi ranjang menanti kedatangannya. Koper miliknya sudah menunggu di samping sofa.

“Sudah siap?” tanya Ardi datar. Salwa mengangguk seraya menyungging senyum manis.

“Aku selesaikan administrasi dulu.” Ardi meraih koper Salwa, kemudian melangkah keluar kamar sementara gadis itu mengikuti dari belakang.

Setelah menyelesaikan pembayaran, keduanya masuk ke mobil tanpa banyak bicara.

Sebelum menyalakan mesin mobil, Ardi mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana lalu menulis pesan untuk Ishana. 

“Asalamualaikum, Sayang, hari ini aku pulang terlambat. Makan dan tidurlah duluan.”

 Lelaki itu menunggu sesaat, berharap sang istri segera membalas pesannya. Namun, sia-sia. Pesan darinya masih centamg dua.

“Kamu kirim pesan untuk siapa, Mas? Lama sekali. Katanya harus buru-buru pulang,” sindir Salwa.

 Ardi menyalakan mesin mobil tanpa memedulikan ucapan perempuan cantik di sampingnya.

“Mas, kamu kasih tahu istrimu kalau mau jemput aku?”

“Menurutmu?

Salwa menarik napas panjang. “Kenapa, sih, Mas, kamu akhir-akhir ini menjaga jarak denganku? Kita nggak seperti biasanya. Dulu, waktu Kak Fatma masih ada, kamu nggak sesinis itu sama aku.”

 “Jangan bawa-bawa Fatma, bisa?” Ardi melirik gadis berjilbab panjang di sampingnya. “Aku sudah punya keluarga baru sekarang. Ada Hana dan anak-anak. Jadi, tolong kamu jaga sikapmu.”

“Tapi, mereka bukan anak-anak kandungmu, Mas.” 

Ardi mendengkus sebal.

“Kamu marah karena aku menyukaimu? Karena aku ingin jadi istrimu, ‘kan, Mas? Kalau begitu buat apa kamu berjanji akan menikahi aku, Mas!”

“Salwa, dengar baik-baik. Aku bukan lelaki pengecut. Kita akan menikah seperti janjiku. Kamu tidak perlu khawatir. Soal Hana, biar aku yang urus.”

 Mata Salwa berbinar mendengar kalimat dari Ardi meski diucapkan dengan penuh amarah.

Ardi lantas menepikan mobil. “Tapi, ada beberapa hal yang harus kamu ingat.”

“Apa itu, Mas?”

“Satu, pernikahan ini hanya sementara, aku bisa menceraikan kamu kapan saja aku mau.”

Mendengar itu, kening Salwa mengerut.

Lihat selengkapnya