Imam Kedua

Intan Rahma
Chapter #41

Kumohon Tetaplah di Sisiku

“Asalamualaikum,” sapa Ardi sambil membuka pintu kamar. Namun, tidak ada jawaban.

Ardi melihat Ishana sedang tidur dengan posisi membelakanginya. Terdengar isak tangis tertahan dari sang istri.

“Hana, kamu kenapa?”

Ishana enggan menjawab. Susah payah dia menata hati yang telah hancur untuk kedua kalinya.

 “Sayang, ada apa? Ada yang sakit?” tanya Ardi setelah berada di sisi Ishana. Tangannya bergerak mengusap perut Ishana. 

Ishana menghentikan tangisnya, kemudian duduk di ranjang. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. Ardi meletakkan bantal di punggung Ishana agar wanita itu merasa nyaman lalu menggenggam tangannya. 

“Mau cerita?”

“Bukan aku yang harus cerita, tapi kamu.”

 Ardi memaksakan satu senyuman yang terasa perih di dada. “Kan, kamu yang nangis, masa aku yang cerita?” candanya berusaha mencairkan suasana.

“Kapan kalian menikah?”

Kening Ardi mengerut bersamaan dengan debar di dada yang kian cepat. “Siapa yang mau menikah?

“Aku nggak mau dipoligami, Mas, aku nggak siap.”

“Hana ....”

“Kita pisah, Mas. Biarkan aku yang pergi,” bisik Hana. Air matanya tumpah ruah lagi.

 “Dengarkan aku dulu, Sayang. Aku nggak sengaja mengucapkan janji akan menikahinya ketika Salwa hendak bunuh diri di atap gedung rumah sakit.” Ardi meraih tangan sang istri lalu menggenggamnya erat. “Maafkan aku, Hana. Aku melakukan itu karena nggak mau Salwa lompat dari atap itu.”

“Ya, kamu emang orang baik, Mas. Sangat baik malah sampai-sampai dengan mudahnya menjanjikan pernikahan pada perempuan lain padahal kamu sendiri sudah beristri. Kamu anggap apa aku selama ini? Aku nggak bisa bayangin seandainya ada sepuluh wanita melakukan hal yang sama, apa kamu juga akan menikahi mereka?”

“Bukan begitu, Hana.”

“Iya, jelas bukan begitu karena Salwa berbeda dari sepuluh wanita lainnya. Kamu hanya ingin menikahi Salwa karena kamu mencintai dia.”

Ardi membuang napas kasar. Akan jadi perjuangan panjang untuk bisa meyakinkan Ishana.

“Hana, aku akan menikah dengan Salwa bukan karena cinta. Dia sudah yatim piatu sekarang. Almarhum Ustaz Zaki mempercayakan aku untuk menjaga Salwa. Begitu juga dengan Abi dan Umma.”

“Kamu kasihan sama dia karena dia yatim piatu, lalu gimana sama aku? Aku ini lagi hamil anak kamu, Mas, lupa, ya?”

“Hana, maafkan aku. Sudah berkali-kali aku menolak pernikahan itu, tapi kamu tahu sendiri, ‘kan, yang terjadi setiap aku menolaknya? Dia selalu coba bunuh diri.”

“Lalu, gimana kalau aku yang bunuh diri? Kamu akan pilih aku atau dia?”

 Ardi melotot. “Hana, jangan ngomong sembarangan!”

“Malam ini aku tidur sama Ziva, Mas. Besok aku mau nginap di rumah Ibu. Untuk sementara, aku titip anak-anak aku, ya. Maaf, ngerepotin.” ucap Ishana dingin seraya turun dari ranjang.

Ardi menarik lengan istinya dengan putus asa. “Hana, tolong jangan begini.”

Hana menepis tangan itu dengan lemas seba tenaganya sudah habis untuk menangis seharian.

“Aku nggak tahu lagi harus gimana, Hana. Aku sangat mencintai kamu.”

 “Aku juga cinta sama kamu, Mas. Tapi, membayangkan kamu tidur dan bercinta dengan wanita lain itu membuatku mual. Aku nggak sanggup membayangkan kamu memperlakukan dia seperti kamu memperlakukan aku, Mas. Hatiku benar-benar sakit.” Ishana menyeka wajah dengan kasar. “Kamu ingin aku mengerti perasaanmu, tapi kamu nggak pernah mau tau perasaanku.”

Lihat selengkapnya