Imam Kedua

Intan Rahma
Chapter #48

Akhirnya,Dia Menikmati Manisnya Pernikahan

Ardi menatap Salwa yang masih di duduk di meja makan. “Kenapa kamu masih di sini?”

“Udah mesra-mesraannya?” tanya Salwa ketus.

 Ardi   mengernyit. Tanpa berniat menjawab ucapan istri keduanya, dia berjalan keluar.

 “Mas!” panggil Salwa sambil bergegas menyusul sang suami.

Ketika Ardi sudah mencapai pintu, Salwa meraih tangannya. 

“Nanti malam kamu pulang ke rumah aku, ‘kan?” 

“Hem. Siapkan makan malam,” jawab Ardi lalu bergegas menuju mobilnya.

 Salwa kegirangan mendengar jawaban sang suami. Dia tidak menyangka Ardi akan mengatakan hal itu. Ketika melihat Ardi memundurkan mobilnya, Salwa buru-buru berlari menghampiri lalu mengetuk kaca.

“Ada apa lagi? Aku sudah terlambat.”

Salwa diam sejenak lalu mengecup pipi sang suami dengan lembut. “Terima kasih, Mas. Aku menunggumu pulang,” bisiknya.

Ardi menutup kembali kaca mobil tanpa berkata apa-apa. Pajero hitam itu lantas meninggalkan rumah. Namun, Ardi masih sempat melihat Ishana yang mematung di teras. Lelaki itu menghela napas panjang dan melajukan mobilnya menuju kampus.

***

Salwa menatap masakan yang tertata cantik di meja makan. Senyum manis mengembang di bibirnya. Puas dengan hasil kerjanya, dia lantas meraih ponsel dan mengirim pesan kepada Ardi.

“Mas, pulang jam berapa?” 

 Salwa menunggu beberapa saat. Namun, Ardi belum juga membalas pesannya. 

“Lebih baik aku mandi dan bersiap-siap sekarang. Biar pas Mas Ardi pulang aku udah wangi,” gumam Salwa.

 Selesai mandi, Salwa segera berpakaian, kemudian duduk di depan meja riasnya. Hati wanita itu diliputi kebahagiaan karena sang suami menuruti keinginannya untuk pulang ke rumah.

Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkan Salwa dari lamunan. “Itu pasti Mas Ardi,” tebaknya dalam hati.

 “Masuk aja, Mas, nggak dikunci!”

 Perlahan pintu terbuka dan sosok yang dinanti muncul dari balik pintu. Salwa buru-buru menghampiri sang suami, meraih tangannya lalu menciumnya.

 “Aku mandi dulu.” Ardi melempar tas ke ranjang, kemudian berjalan ke kamar mandi. Tak lama, dia kelur lagi dengan tubuh yang wangi dan segar. Selembar handuk putih melilit di pinggangnya.

Perut Ardi yang datar membuat Salwa tidak bisa berpaling darinya.

“Bajuku mana, Salwa?”

“Hah? Baju?” tanya Salwa gugup.

Ardi mengangguk.

“Di lemari, Mas.”

“Pakaian kamu, ‘kan, ada di lemari, Mas,” jawab Salwa. 

Ardi berdecak. “Mulai besok, kamu harus menyiapkan bajuku seperti yang biasa Hana lakukan.”

Lihat selengkapnya