Imam Kedua

Intan Rahma
Chapter #50

Kabar Baik atau Buruk

Sudah dua minggu lebih sejak Ardi dan Salwa pulang dari bulan madu.

Hari itu, Salwa bangun kesiangan. Sudah tiga hari dia merasa lelah dan tidak bertenaga. Nafsu makan pun berkurang.

Sambil memasak sarapan, Salwa mengingat-ingat hal yang membuatnya merasa lemah. Bahkan, dia tidak ingin memakan nasi dan telur dadar yang ada di depannya. Namun, dia memaksakan diri untuk memakannya.

Tiba-tiba, Salwa merasa perutnya tidak keruan. Dia bergegas ke kamar mandi lalu memuntahkan semuanya. Setelah merasa puas, dia keluar kemudian duduk di sofa. 

Salwa teringat hari itu ibu mertua akan menjemputnya untuk mengikuti kajian khusus muslimah di Masjid Al Munawar. Salwa memijat pelipis sambil beranjak dari sofa. Namun, badannya lemas dan perutnya terasa mual. Wanita itu duduk lagi di sofa seraya terpejam.

“Asalamualaikum.”

Terdengar ucapan salam Umi Marwah dari pintu depan disusul suara langkah. 

“Astagfirullah, Salwa, kamu kenapa lemas gitu? Kamu sakit?” Umi Marwah bergegas menghampiri Salwa lalu meraba keningnya. “Kamu demam.”

“Aku nggak apa-apa, Umma. Cuma pusing dan mual,” ucap Salwa usai menjawab salam ibu mertuanya, “tunggu sebentar, ya, aku siap-siap dulu.”

Salwa hendak berdiri, tetapi ditahan oleh Umi Marwah. “Kamu di rumah saja, biar Umma yang pergi ke kajian sendiri. Ardi mana? Sudah pergi ke kampus?”

Salwa menggeleng. “Mas Ardi belum ke sini lagi, Umma.”

Umi Marwah terperanjat. “Belum ke sini lagi gimana? Maksudmu, Ardi masih di rumah Hana?”

Salwa mengangguk. 

“Ya, sudah, biar Umma telepon dia suruh dia cepat pulang ke sini. Kamu istirahat saja, ya. Nanti Umma minta tolong Asep beli test pack.”

Dahi Salwa mengernyit. “Test pack?”

“Iya, test pack. Kamu harus cek, siap tahu kamu hamil, Salwa.”

Refleks, Salwa memegang perutnya. “Hamil? Mungkinkah?” batinnya.

Salwa tersenyum senang. Jika dia benar hamil, Ardi tentu akan lebih perhatian kepadanya. Dia benar-benar berharap apa yang diduga oleh ibu mertuanya menjadi kenyataan.

***

Salwa memandang test pack di tangannya yang menunjukkan garis dua. Air mata menetes begitu saja membasahi pipi. Akhirnya, harapannya dan seluruh keluarga Ardi tidak sia-sia.

“Aku harus segera memberi tahu Mas Ardi,” gumamnya.

Perempuan itu melangkah keluar dari kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat ibu mertuanya dan juga Umi Halimah sudah duduk di sofa ruang tengah.

“Kamu sudah cek, Salwa? Gimana hasilnya?” tanya Umi Marwah tidak sabar. 

Umi Halimah yang melihat mata Salwa berkaca-kaca mendekat lalu memegang bahu istri kedua Ardi itu. “Nggak apa-apa kalau belum hamil. Mungkin belum rezeki kalian.”

Lihat selengkapnya