Ruangan CEO kantor Mulia Abadi Grup.
Sebelum mengucapkan kata yang terlontar dari bibir nya, kedatangan seorang pria yang berjalan menghampiri Shinta dan Talita yang sedang duduk. Pria itu di yakini orang yang sudah lama menyimpan rasa kepada wanita itu. Saat ini keberadaan nya untuk menanyakan kebenaran nya pada Shinta tentang gosip yang sepagian telah beredar.
Mungkin karena Shinta termasuk guru populer di sekolah nya, sudah pasti gosip seperti itu akan langsung cepat menyebar ke setiap telinga.
"Shin" Panggil pria itu.
"Eh.. Ada apa Pak Alif?" Sedikit terkejut ada yang memanggil nya.
Talita yang mengerti dengan gestur yang ditunjukan Alif, langsung berdiri dari tempat duduk nya dan beralasan untuk meninggalkan mereka. Memang sudah banyak orang yang mengetahui jika Alif memiliki perasaan yang lebih. Tidak kalah tampan nya dengan pria yang saat ini sudah menjadi calon suami nya.
Alif melangkah lebih dekat dan menduduki kursi yang semula ditempati oleh Talita.
"Jadi benar ya Shin seperti yang orang katakan?"
"Maksud nya Pak?" Shinta sebenar nya sudah tahu ke arah mana pembicaraan yang Alif maksudkan.
"Tentang..calon suami?"
"Oh..itu-"
Belum sempat menyelesaikan ucapan nya Alif sudah lebih memotong nya.
"Selamat ya Shin. Semoga diberi kelancaran sampai hari H" Alif memberikan senyum paksa nya agar tak kentara bahwa ia sedang menahan kekecewaan.
"Makasih Pak" Shinta juga membalas nya dengan senyum.
Melihat punggung kokoh yang menjauh dari pandangan nya. Entah mengapa Shinta seperti melihat ada aura kekecewaan yang tercipta dari raut wajah Alif. Mengedikan bahu dengan santai ia tak ingin berpikir terlalu jauh. Bisa saja Alif memang sedang ada masalah lain.
Baru menyadari jika sedari tadi Talita belum muncul juga saat izin keluar. Sudah pasti itu hanya akal-akalan yang dibuat nya agar Alif bisa berbicara berdua dengan nya.
Ting!
Terdengar suara notifikasi ponsel yang kini berada didalam tas nya.
Melihat pesan dari pengirim yang saat ini sudah membuat hati nya bergejolak sepagian tadi.
'Jam berapa Mas jemput?'
Isi pesan yang tertera pada kolom chatting nya bersama pria itu.
"Mas emang bisa jemput aku jam 4 sore?" Balasan yang Shinta berikan pada nya.
Ting!
'Bisa Neng, Nanti Mas jemput'
Entah mengapa hanya membaca pesan dari nya saja sudah membuat Shinta tersenyum kegirangan.
"Iya Mas, Makasih banyak ya"