Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitupun dengan teman, keluarga, orang tua, dan pasangan kita. Boleh saja kita menuntut kesempurnaan, namun kalo kita memaksakan mencari yang sempurna, maka kita akan mencari untuk selamanya. Mungkin menerima akan lebih baik dari pada kita harus mencari.
Melihat tawa yang membuat kedua orangtua nya terlihat bahagia, seketika membuat Shinta merasakan kehadiran seseorang yang ada saat ini ada ditengah keluarga nya, membuat nya ikut merasakan apa yang sedang mereka rasakan. Jalan yang ia pilih tidaklah salah. Mungkin memang benar ini adalah cara untuk membahagiakan kedua orangtua nya.
"Gimana rasa brownies buatan Shinta, Nak Arkan?" Bunda terlihat antusias sekali saat Arkan memakan satu potong kue buatan anak nya.
"Mm..enak banget Bu!" Arkan memang tidak sedang berbohong, memang betul kue ini sangat terasa enak rasa nya.
"Alhamdulillah.." Shinta membuang napas pelan kala ia juga harus menunggu jawaban yang akan Arkan sampaikan.
"Tuhkan apa Bunda bilang, pasti rasa nya enak" Bunda snagat senang atas jawaban Arkan.
"Pasti enaklah, wong resep rahasia nya turun langsung dari tangan Bunda nya toh" Ayah Nadif ikut menimpali.
"Iya ini brownies nya enak banget loh Pak" Arkan kembali menyomot kue itu.
Shinta yang mendapat banyak pujian langsung mengukirkan senyum manis nya.
Tak terasa waktu semakin berjalan cepat. Dan kini Arkan telah berpamitan pada kedua calon mertua nya yang sudah lebih dulu masuk kedalam kamar nya. Tak lupa juga ia berpamitan dengan wanita yang saat ini tengah mengantar nya ke arah depan pintu utama.
"Makasih ya Neng jamuan nya"
"Apa sih Mas! orang cuma brownies doang kok jamuan nya" Shinta terkekeh geli mendengar Arkan yang menurut nya berlebihan.
"Biarpun brownies yang penting kan nama nya jamuan."
"Iya deh iya.."
"Sudah malam juga, Mas pulang ya"
"Hati-hati dijalan Mas. Salam untuk Abi dan Umi ya".
Pria itu kemudian memasuki mobil nya dan membunyikan klakson mobil, memberikan tanda bahwa Arkan akan segera keluar dari pelataran ruma Shinta.
"Assalamualaikum" Arkan selalu tak lupa memberikan salam nya.
"Walaikumsalam Mas" Shinta membalas lambaian tangan pria itu.
Mobil yang Arkan kendarai sudah lepas dari pandangan nya, kini Shinta langsung menutup pintu serta mengunci nya. Ia masih memiliki tugas penting yang belum dikerjakan yaitu Sholat Isya nya.
***
Satu jam lama nya pria itu membelah jalanan yang lumayan longgar dilewati nya. Membuat Arkan harus segera membersihkan tubuh nya yang sudah sangat terasa lengket.
Umi yang saat ini belum tertidur melihat kedatangan anak nya langsung mendekati nya.
"Assalamualaikum Umi" Mengucapkan salam dan mencium tangan Umi adalah sudah kewajiban nya.
"Walaikum salam, kenapa pulang nya malam Kan?" Tanya Umi yang sejak tadi menunggu kehadiran nya.
"Habis mampir dulu Mi kerumah Shinta" Jawab Arkan sambil melangkah kearah dapur untuk meminum segelas air dingin.
"Oalahh..rupa nya sudah ada yang semakin dekat aja nih sama camer nya." Umi justru menggoda nya.