Baru saja jemarinya berselancar lincah dibagian dada milik istrinya, Arkan dikejutkan dengan suara ponsel yang sangat nyaring yang ia taruh diatas meja rias didalam ruangan itu.
Tidak mengacuhkannya, kemudian Arkan melanjutkan penelusuran bibirnya kearah ceruk leher Shinta yang terlihat jejang. Saat ini tubuh Shinta mendadak meremang seketika. Arkan masih belum berhenti bermain dibagian lehernya. Semakin turun kearah bagian dada milik Shinta yang tertutup dengan kain penghalang, Arkan mendusel dibagian tersebut. Terdengar lenguhan samar dari bibir Shinta saat ini. Kakinya terasa lemas saat Arkan terus bermain diarea atas tersebut. Jika bukan karena suara ponsel yang kembali bersuara nyaring Arkan tidak mungkin menyudahi permainannya. Menggeram kesal Arkan kemudian mengambil ponsel miliknya untuk mengetahui siapa yang telah mengganggu waktu nikmatnya.
Dilihat nya nama Umi Fadiah yang menghubunginya saat ini.
"Assalamualaikum, Mi?"
"Walaikumsalam, Kamu kemana saja sih Kan!" Sentak Umi nya dari seberang sana.
"Arkan lagi diruang ganti sama Shinta, Mi. Ada apa?"
"Pantesan! Nyari kesempatan ya Kamu saat Dewi sama crew nya lagi istirahat?" Umi menahan tawanya disebarang sana.
Arkan saat ini sedang gugup atas ucapan Uminya barusan.
"Ah, Umi sok tahu! Ada apa sih?" Tanya nya tak sabaran agar Uminya cepat menyudahi.
Shinta lebih baik melangkahkan kakinya kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lebih dulu. Ada bekas gigitan Arkan yang membekas dibagian dadanya. Membayangkan didepan cermin dalam kamar mandi, Shinta tersenyum malu karena Arkan sudah berani menyentuhnya.
Wangi harum bunga sakura kini menguar keseluruh ruangan yang sudah terdapat sang suami yang sedang membaca majalah, serta Dewi dan para crew nya sedang asyik berbincang menunggu sang pengantin wanita untuk meraka sulap menjadi Cinderella malam ini.
Nasib kentang lagi-lagi Arkan terima saat sedang nikmat-nikmatnya mencumbu Shinta dengan rakus. Jika bukan karena Umi nya yang menelepon, ia akan merapalkan sumpah serapah pada orang lain yang berani mengganggunya.
"Mas, mandi dulu gih biar seger lagi.." Shinta berjalan mendekati suaminya masih dengan mengenakan jubah mandinya.
Kalau tidak ingat jika diruangan ini bukan hanya berdua saja sudah dapat ia pastikan, Shinta akan habis diterkam oleh nya.
"Iya, Neng" Arkan bangkit dari duduknya kemudian bergegas kearah kamar mandi. Memang aliran air dingin yang dibutuhkan nya saat ini.
Masih ada waktu dua jam untuk penata rias yang akan mengubah penampilan Shinta saat ini. Seperti impiannya beberapa waktu lalu yang sempat ia utarakan keinginannya dihadapan Arkan saat berada disuatu tempat saat itu.