Imperfection : Fight to Be Fine

Andieran
Chapter #1

01 || Awal

"Nyatanya, hadirmu pada akhirnya membawa luka. Kebersamaan kita yang pernah terjadi adalah pertemuan yang harusnya tak pernah ada."

—IMPERFECTION—

***

Di depan kelas sudah ada Bu Desi, guru kimia yang tengah mengajar di papan tulis. Cahaya menulis apa yang Bu Desi terangkan di buku tulis catatannya.

"Sumpah. Otak gue butek nih. Gue nggak ngerti sama sekali apa yang Bu Desi terangin," cerocos Adelia pelan. Tapi masih bisa didengar oleh Cahaya dan juga Ariesta serta Elisa.

"Iya, gue juga lemah banget kalo sama kimia. Nyerah gue," sahut Elisa.

Tapi cahaya hanya diam saja. fokusnya masih pada Bu Desi yang tengah menerangkan pelajaran sambil tetap menulis di buku catatannya.

"Makanya belajar," kata Cahaya kemudian dengan fokus yang tetap ke papan tulis. Rautnya dingin.

"Elo sih enak, pintar. Lah apa kabar dengan gue?" Lagi-lagi Adelia masih mengeluh.

"Ih, Adel. Gue juga nggak ngerti sama kimia kok. Kita samaan tandanya jodoh emang." Kata Fariz sambil tersenyum menyebalkan. Sontak Adelia menengok ke belakang dan langsung mendesis. "Najis!"

"Love you too, Adelia."

Seketika Dino yang ada di barisan sebelah langsung berkata, "Ciyee, ciyee Fariz. Dikit lagi jadian nih sama Adel."

Dilanjutkan dengan para murid lainnya, "ciyeeee ...." Dan tambah berisiklah kelas.

Bu Desi mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penghapus dengan keras. "Sudah diam! Saya di sini menerangkan. Tapi kalian malah asyik ngobrol sendiri!"

Sekarang hari Kamis. Empat hari yang lalu memang sudah kembali masuk sekolah seperti biasa. Tapi saat itu jugalah para murid sudah harus merasakan kembali KBM walau tidak full.

Ahwal dan Fariz sekarang juga jadi lebih rajin mengikuti pelajaran. Walau terkadang ikut Leo untuk membolos di rooftop. Reza pun juga jadi lebih rajin mengikuti pelajaran di kelasnya, XII-IIS 3.

Maka jadilah Leo selama empat hari ini bolos ke rooftop hanya berdua dengan Rio. Kadang kalau sudah pelajaran menuju akhir barulah Fariz dan Ahwal ikut menyusul ke rooftop.

Mengenai Leo, semenjak hari itu Cahaya dan Leo bersikap seolah tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Bahkan ketika sudah masuk sekolah pun, mereka juga begitu.

Melihat para murid membangkang yang masih ada saja yang saling mengobrol, Bu Desi naik pitam. Dia sudah akan marah-marah lagi kalau tidak pintu diketuk dari luar. Tak lama kemudian, tiga orang masuk ke dalam. Salah satunya Pak Yolandri, Kepala SMA Angkasa yang kini sudah berdiri di depan kelas bersama dua orang yang datang bersamanya.

Cahaya menegakkan tubuhnya. Menyilangkan tangan di dada sambil menatap mereka dengan sorot dinginnya.

Lihat selengkapnya