Perutku konsisten mual selama dua bulan kehamilan, kadang aku muntah banyak hingga lemas. Dokter memintaku istirahat total, tidak ke kantor dan tidak melakukan pekerjaan rumah. Kata beliau, kandunganku lemah. Aku hamil ketika kondisi sedang sangat drop. Seluruh pekerjaan rumah otomatis diambil oleh Mas Aksa. Dia menyapu, mengepel, memasak ringan, dan mencuci baju. Pernah suatu saat, aku sangat bosan dan ingin nonton Detective Conan, Mas Aksa mengabulkan. Dia duduk di sampingku dengan mengenakan kaos kutang dan penuh keringat karena baru membersihkan kamar mandi.
Sontak, aku muntah lagi. Di tempat. Aku tak sempat berlari ke kamar mandi. Mencium bau tubuh suamiku saja aku muneg-muneg.
Aku juga mengalami beberapa keanehan. Aku mual saat membuka laptop. Ini membuat aku tak bisa mengerjakan tugas dari Prof. Jenny. Kukatakan padanya tentang kehamilanku, beliau memberi selamat dan berharap agar aku bisa segera membaik. Syukurlah Prof. Jenny telah memiliki dua anak, beliau paham dengan kondisiku yang abnormal ini.
Cuti selama 3 bulan ini sepertinya membuat Pak Wicak sangat kecewa. Aku datang membawa harapan, tapi, dia kutinggalkan sendirian untuk mengurus akreditasi Jurnal Bilik Hukum. Sempat aku datang sekali menemuinya langsung. Kulihat dia mencoba bersimpati, tapi aku tak menampik bahwa beliau kecewa.
“Saya sudah katakan sejak awal, Ya, bahwa hanya orang gila yang bisa bertahan di dunia penjurnalan. Saya cukup gila untuk itu, tapi kamu? Kurasa belum. Apalagi kini kamu bawa janin. Jangan pengaruhi dia untuk ikutan gila,” katanya dengan ekspresi datar.
Aku susah menentukan apakah beliau sedang marah atau hanya bercanda.
✨ ✨ ✨
Hari ini adalah jadwal aku periksa dengan dokter Enny, dokter kandungan yang cukup cocok untuk aku dan Mas Aksa. Beliau tidak mudah menghakimi dan jelas dalam memberi arahan apa saja yang perlu kulakukan. Tapi hari ini, wajah beliau agak berbeda setelah melakukan USG di perutku.
“Mbak coba tes TORCH, ya,” kata beliau sambil mengorek-orek kertas rujukan untuk tes.