Prom adalah sebuah pesta istimewa yang dilaksanakan saat kelulusan sekolah. Biasanya seorang pemuda akan mengajak gadis idaman mereka untuk menjadi pasangan. Di pesta prom, remaja yang sudah mempunyai pasangan akan melakukan banyak hal bersama. Mereka berdansa, berfoto, makan malam, serta bersenang-senang sampai larut malam. Tidak lupa juga penobatan Raja dan Ratu Prom di akhir acara.
Namun, siapa bilang hanya remaja yang bisa melangsungkan acara itu. Anak-anak juga bisa. Hanya saja, anak-anak melaksanakan pesta prom di siang hari, bukannya malam seperti anak-anak remaja. Tahu sendiri, lah, mereka tidak boleh tidur terlalu larut. Bahkan banyak ibu akan mengatakan anak-anak mereka susah diatur jika masih berkeliaran di rumah pada pukul sembilan malam.
Kembali ke prom. Tahun ini, Dimmy dan Isla menjadi pasangan untuk prom pertama mereka. Acara ini dilaksanakan di sebuah bangunan persegi panjang dengan papan besar bertulis 'Taman Kanak-kanak Georgina' di depannya. Baik orang tua Isla, maupun Dimmy sangat bersemangat mendandani anak-anak mereka. Dimmy memakai setelan kemeja putih dan rompi lengkap dengan dasi kupu-kupu merah, serta celana bahan klimis.
Sementara Isla menggunakan gaun lebar merah muda, ditambah pita sebagai ikat pinggang, serta bando berbentuk rangkaian bunga di kepala. Pokoknya mereka terlihat cantik dan tampan siang itu. Isla dan Dimmy bergandengan tangan saat berjalan menuju aula utama. Mereka saling diam sampai Dimmy menyadari sesuatu.
Semua anak laki-laki membonceng pasangan mereka dengan sepeda atau skuter kecil. Sedangkan mereka hanya berjalan kaki, karena keduanya berangkat di antar orang tua Dimmy dengan mobil sedan. Dimmy melirik Isla yang terlihat sibuk merapikan bando di kepalanya.
"Isla, aku tidak bawa sepeda atau skuter. Bagaimana,dong?"
"Terus kenapa?"
"Bagaimana cara kita jalan ke dalam?"
"Dengan kaki."
Dimmy tercengang seolah itu adalah pengetahuan baru yang ia dapat.
"Tidak apa-apa jalan kaki?" tanya bocah itu.
"Tidak apa-apa, kaki kan memang untuk berjalan."
Akhirnya mereka kembali bergandengan tangan, beberapa kali harus menyingkir karena klakson sepeda dan skuter yang hendak melintas, padahal mereka sudah berjalan di pinggir. Dimmy mendengkus kasar, berpikir bahwa anak-anak itu sengaja membunyikan klakson untuk mengejek.
Sekarang keduanya sudah masuk ke ruang utama, di mana anak-anak seusia mereka berkumpul. Dimmy melihat sekitar, dan kembali menyadari sesuatu. Semua anak laki-laki memberikan bunga kepada pasangan mereka. Ada bunga kertas, bahkan ada yang membawa bunga asli dengan aroma menyengat.
Bocah itu meneliti tangannya—tidak ada bunga—Ia merogoh kantong sebelah kanan yang hanya berisi sebuah pita lusuh berwarna abu-abu, sementara kantong kiri benar-benar kosong. Anak itu mencolek pasangannya.
"Aku tidak punya bunga. Hanya punya ini. Kamu mau?" katanya seraya menyodorkan pita itu.
"Apa ini?" tanya Isla begitu menerima hadiahnya.
"Cuma sepotong pita."
"Pita ini harus aku apakan?"
Dimmy mengusap dagu. "Jadikan gelang saja."