Banyak orang bertanya, mengapa aku selalu membiarkan jendela kamar terbuka setiap malam, bahkan ketika udara dingin di bulan November menusuk tulang. Mereka yang jendelanya tertutup saja masih menggunakan setidaknya lima lapis pakaian untuk menghangatkan diri. Apa yang membuatku begitu kuat? Apa yang membuatku begitu keras kepala?
Jawabannya sangat sederhana—sebuah harapan. Harapan yang membuatku bisa tertawa di saat menangis, yang juga bisa membuatku merasa muda di usia senja. Sebuah harapan yang seharusnya sudah menghilang termakan waktu puluhan tahun lalu.
Bahkan ketika adik bungsuku mengatakan bahwa dia lupa, aku tetap kukuh membiarkan jendela terbuka, membawa angin berbagai musim masuk mengisi ruangan, membuat tungku perapian harus bekerja lebih keras di musim dingin.
Jendela yang terbuka telah mempertemukanku dengan "Dia", membuatku merasakan sebuah petualangan hebat yang bahkan aku sendiri sulit memercayainya. Apakah itu nyata, apakah itu tidak. Namun, seandainya pun itu tidak nyata, lalu apa yang ada di otakku ini? Michael bilang itu hanya mimpi, John cukup jahat mengatakan bahwa aku punya kelainan pada otak. Padahal kami telah melewati banyak hal mustahil bersama. Ya ... bersama anak laki-laki itu.
Dia membuatku merasakan apa itu cinta, dan kapan saat yang tepat untuk merelakan. Dia menjadikan aku dewasa, dia menjadikanku pemberani. Katakanlah itu mimpi, tapi mengapa aku masih bisa mengingatnya dengan jelas sampai saat ini. Jangan memintaku untuk menceritakan kisah itu lebih jelas karena kalian tidak akan mengerti. Kisahku dengan-nya akan terdengar seperti dongeng picisan yang pasti pudar dimakan waktu.
Sungguh. Apa tanggapan kalian jika aku bilang. Aku pernah melihat putri duyung, dan bajak laut, dan buaya raksasa. Tentu kalian akan bilang bahwa mungkin itu hanya lelucon, mungkin itu hanya khayalan di kepalamu. Mungkin juga beberapa dari kalian bersikap lebih lembut dengan mengatakan kalau kalian pernah melihat semua itu ketika sedang tidur, menjadikannya sebuah mimpi yang indah.