Coba lihat air yang keluar dari atap, setiap hari ukuran tetesnya semakin bertambah saja. Ini bukan rumah yang terlalu besar, dan sekarang diperparah dengan kondisi menyedihkan. Angin keluar-masuk sesuka hati, kadang membawa angin yang terlalu dingin, kadang malah sangat panas. Suara-suara menyeramkan di luar terdengar jelas, mimpi buruk semakin sering terjadi. Aku sudah tidak tahan lagi!
Tidak sabar rasanya menunggu acara lusa nanti, mungkin pada akhirnya aku akan mendapatkan rumah baru yang lebih besar, syukur-syukur lebih bagus. Aku sangat ingin mempunyai rumah bertingkat seperti milik Derry. Nama acara itu adalah perlelangan rumah, acara yang dilakukan dua kali dalam setahun. Yah, memang rumah hunian biasanya tidak bisa bertahan lebih dari setahun. Entah karena rapuh, atau tubuh yang bertambah besar, memaksa kami untuk segera pindah.
Namun, aku ragu rumah bobrok ini bisa bertahan sampai lusa. Lihatlah, retakan di dinding sebelah sana bertambah lagi, sekarang harus kutambal dengan apa? Wah, bukankah itu suara gemuruh! Ya Tuhan, rasanya aku akan mati malam ini, aku harus segera mencari jalan keluar! Aku memutuskan untuk mengunjungi temanku, Larry. Wah, rumahnya besar walaupun agak kuno. Sepertinya dia juga akan ikut perlelangan rumah lusa nanti.
"Hai, Gerry, tumben kau datang malam-malam begini," ujar Larry. Sepertinya dia agak keberatan aku bertamu semalam ini. Masa bodoh! Aku pun punya kepentingan sendiri!
Aku nyengir selebar mungkin supaya wajah Larry lebih ramah. "Aku bertanya-tanya, apakah kau ikut perlelangan lusa nanti?"
"Tentu saja, rumah ini semakin sempit setiap detiknya." Larry menatapku lebih lama. "Memangnya kenapa?"
Aku berkedip lamban, agak gugup. "Boleh tidak aku memiliki rumahmu nanti?"
"Wah, itu tergantung ... tapi tentu saja boleh, asal kau cepat-cepat berdiri di belakangku sebelum acara di mulai."
"Benar ... benar ... kalau begitu kita berangkat bersama?"