Jam istirahat, kantin dibanjiri siswa-siswi yang kelaparan setelah setengah hari menimba ilmu. Tiga di antara mereka—yang lebih senang bengong sambil menggigiti pulpen daripada menimba ilmu—Menenteng mangkuk dan gelas masing-masing, mengambil tempat duduk agak jauh dari kerumunan.
Ada 'hal super penting' yang harus dibicarakan. Super penting bagi mereka berarti benar-benar penting. Sebab, hanya menggunakan kata penting, sama dengan berita yang berbunyi. Tadi gue ngupil dan dapat yang seukuran biji jeruk! Setelah meletakkan makanan serta bokong dengan nyaman. Salah satu dari mereka mulai bicara.
"Jadi gini ... Gue lihat sesuatu yang menarik di internet kemarin. Sesuatu yang akan mengubah hidup kita selamanya," ujar Chand menggebu-gebu.
Kedua temannya, Yovie dan Eren, mendengarkan sambil sibuk mengunyah makanan. Setelah berdeham, serta memastikan kedua temannya menyimak, Chand melanjutkan, "Ayo kita ikut kencan buta."
Yovie tersedak akibat terlalu terkejut. Pemuda klimis itu segera mengambil air dan meneguknya banyak-banyak. "Lo gila, ya! Buat apa ikut yang begituan. Emangnya kita om-om kesepian?"
"Ya, ini kan khusus remaja ... cuma buat ajang senang-senang dan memperluas pergaulan," jelas Chand. "Syukur-syukur dapet jodoh. Minggu ini! Ikutan, yuk!"
Yovie menggeleng. "Nggak, gue nggak mau ikutan!"
"Karena lo udah punya pacar! Lagian gue nawarin khusus buat Eren, bukan lo!" Chand menjulurkan lidah.
"Gue yakin Eren juga bakal nolak. Dia udah setia sama satu cewek dari dulu. Iya kan, Ren?"
Keduanya menatap orang terakhir di antara mereka. Yang paling kecil dan cuek. Ia masih sibuk mengunyah, malahan mangkuknya sudah hampir kosong. "Kencan buta ya ... minggu ini, ya? Gue udah janjian sama Erma."
"AHA!!!" sorak Yovie, senang lantaran ada yang memihaknya.
Chand menepuk jidat. "Denger ya, Ren. Lo juga belum jadian sama Erma, 'kan? Nggak ada jaminan juga lo bakal jadian sama dia. Gimana kalau dia nolak lo? Lo pasti sakit hati, terpuruk, depresi, trauma. Nah, dengan ikut kencan buta ini, lo bisa memperluas pergaulan. Menciptakan peluang lebih banyak. Artinya, kalau Erma nolak, lo masih punya cadangan," lanjutnya. "Itulah contoh nyata dari rumus peluang."
"Rumus peluang kepala lo nyebur empang! Bukan begitu cara kerja peluang!" geram Yovie. "Denger, Ren. Lo sama Erma udah kenal sejak lama, lo paling tau sifat Erma, dan Erma paling bisa ngertiin lo. Masa lo tega berbuat begitu sama dia cuma buat ketemu cewek misterius."
"Nanti juga ada sesi perkenalan, jadi secara teknis bukan misterius lagi!"
"Gimana kalau perkenalan pakai identitas palsu?"
"Nggak mungkin, kan ada panitianya! Semua data harus jelas!"
Eren menggaruk kepala. Kedua orang konyol ini malah bertingkah seperti iblis dan malaikat yang sedang memengaruhi. Namun, Eren tidak yakin siapa yang iblis dan siapa yang malaikat. Di saat begitu, manik cokelatnya beradu pandang dengan seseorang.
Gadis berambut hitam panjang yang dikuncir kuda. Mereka bertukar senyum sejenak, sebelum gadis itu membuang muka, lantas membuat senyum Eren ikut hilang. Setelah termenung beberapa detik, pemuda itu menggebrak meja, membuat kedua temannya yang masih asyik beradu mulut terlonjak.
"Gue ... mau ikut kencan buta itu."
"Serius lo?" entak kedua temannya dengan nada serta ekspresi yang berbeda.
"Dalam hidup ini gue juga nggak mau dibayang-bayangi ketidakpastian," imbuh Eren, serius. "Bener kata Chand, seenggaknya kalau gue nggak sama Erma, ada opsi lain, mungkin bisa meredam kegalauan di kemudian hari."
"AHA!!!" Giliran Chand yang menunjuk Yovie dengan semangat, sementara pemuda itu menepuk dahi.
"Terserah jidat kalian aja, lah!"
***
Sesuai rencana yang mereka bicarakan selama seminggu terakhir. Hari ini, Eren dan Chand berdandan klimis, lalu berangkat bersama-sama ke mall tempat diselenggarakannya kencan buta. Sepanjang jalan, mereka membayangkan bagaimana rupa cewek-cewek yang ikut acara nanti? Tidak lupa mengejek Yovie karena melewatkan kesempatan emas ini.
Ketika keduanya memasuki titik yang dimaksud, mereka ternganga. Ini benar-benar markasnya cewek cantik dan cowok ganteng. Tidak hanya itu, mereka juga necis. Eren dan Chand pasti terlihat setara pengemis kalau berdiri berdampingan bersama mereka.
"Serius mereka semua ikut kencan buta?" bisik Chand.
Eren menggeleng. "Gue kira mereka tipe-tipe yang tiap pengen punya pacar tinggal tunjuk aja."
"Nah, sekarang kita selevel sama mereka, Bro. Ayo kita ambil tempat duduk yang enak."
Saat itu juga, ponsel Eren berdering. Nama Erma terlihat pada layar. Setelah memandang Chand sebentar, Eren menjawabnya. "Halo ... Kenapa, Er?"
"Aku di rumah kamu, nih. Tapi kamunya nggak ada. Katanya mau jalan," imbuhnya dengan nada merajuk yang kentara. "Kamu di mana, sih? Kok kedengarannya rame banget?"
"Umm ...." Sekali lagi Eren melirik temannya yang hanya mengangkat bahu. "Aku lagi di mall."
"Ih, kok nggak ajak-ajak!" gerutu Erma. "Sama siapa?"
"Halo Erma!!!" Chand yang menyahut.
"Sama Chand juga? Jahat, ih nggak ajak-ajak! Kalian ngapain ke mall?"
"Kita mau ikut kenc ...." Eren buru-buru menutup mulut Chand sambil melotot.
"Mau cari sepatu bola Chand yang jebol, sekalian cuci mata aja."
"Hmmm ... Bohong ya?" goda Erma. "Cowok mana pernah cuci mata."
"Ya ... memang cewek doang yang bisa! Udah dulu ya, Er! Ada sepatu diskon murah nih. Takut keburu habis!"