Impy Island

Impy Island
Chapter #17

Aunt Moo

Terkisah seorang wanita paruh baya yang ramah dari desa Corney. Penduduk desa memanggilnya Aunt Moo karena ia memelihara seekor sapi yang sama gempal dengannya. Aunt Moo tidak pernah menikah, tapi ia memiliki empat orang anak yang sangat menyayanginya. Mereka yang nasibnya tidak seberuntung anak desa lain yang selalu mendapatkan kado besar di bawah pohon natal mereka.

Ada Barney, anak lelaki pertama yang Aunt Moo temukan di dalam kandang sapi, wajah tampannya tersamarkan akibat kotoran debu, tanah, dan jerami yang menyelimuti seluruh badan. Bocah itu lebih terlihat seperti orang-orangan sawah, mungkin orang-orangan sawah terpayah karena tidak mungkin ada burung gagak yang takut dengan ukuran tubuhnya.

Lalu ada Jack dan Jill, anak kembar yang wanita itu temukan sedang mengais tempat sampah depan kedai demi makanan. Alih-alih makanan, yang mereka temukan justru berbagai kulit pisang, botol soda, bahkan tulang-tulang ayam yang remuk karena tikus lebih dulu menemukannya. Padahal keduanya adalah anak-anak yang manis, mereka tidak pantas seperti ini, tidak ada anak-anak yang pantas. Jadi Aunt Moo membawa mereka.

Terakhir ada Loona yang tubuhnya penuh abu saat ditemukan, dia anak perempuan yang sangat pemberani, tingkah lakunya persis laki-laki sehingga tidak segan melakukan banyak pekerjaan. Sayang, karena tubuh kecilnya, gadis malang itu tidak pernah melakukan pekerjaan dengan benar, bukannya mendapat imbalan, malah menerima makian, tak jarang juga sabetan gagang sapu atau kemoceng.

Aunt Moo dan anak-anak membangun satu keluarga kecil yang harmonis. Mereka selalu terlihat bahagia meskipun hidup dalam kesederhanaan. Setiap hari Barney dan Jack memerah susu sapi. Mereka bisa menghasilkan empat botol susu setiap harinya. Tiga botol untuk dijual dan satu untuk mereka bagi bersama. Uang hasil penjualan susu akan dibelikan bahan makanan, dan anak-anak perempuan akan memasaknya bersama Aunt Moo. Setelah itu, mereka makan bersama sambil bercanda ria.

Jam tidur menjadi saat-saat terbaik bagi anak-anak. Mereka akan berbaring sejajar pada ranjang besar yang menjadi sempit karena diisi oleh empat anak sekaligus. Aunt Moo akan menyelimuti mereka dengan kain tipis rajutan sendiri, lantas mulai membacakan dongeng. Kisah yang Aunt Moo ceritakan pasti menarik, apa lagi selalu ada ciuman selamat malam yang penuh cinta setelahnya, tidak ada satu pun yang bermimpi buruk.

Semua berjalan sebagaimana mestinya, sampai suatu hari musim kemarau panjang menyerang. Kemarau panjang membuat ladang rumput mengering, bahkan sungai ikut kerontang. Akibatnya, sapi peliharaan mereka mati, satu-satunya sumber penghasilan mereka telah tiada.

“Apa yang harus kita lakukan, Aunt Moo?” tanya Barney mewakili yang lain.

“Jangan risau, persediaan susu masih banyak. Kalian jual beberapa botol dan belilah sekantung bibit, kita akan berkebun.” Wanita itu membalas setenang mungkin.

Rencana tinggal-lah rencana, bibit yang mereka tanam tidak pernah tumbuh akibat tanah yang mengering. Persediaan susu semakin habis sementara mereka belum punya penghasilan lain untuk mengisi lima perut yang kelaparan. Saat persediaan benar-benar habis, Jill malah jatuh sakit. Ketiga saudaranya mengelilingi, berusaha membuat anak itu tertawa setelah merintih semalaman.

“Dia lapar, dan perutnya tidak akan terisi dengan wajah konyolmu!” bentak Loona pada saudaranya yang sedari tadi mencoba menghibur Jill.

“Setidaknya aku mencoba,” lirih Barney.

“Kalau Jill tidak segera makan, dia bisa mati seperti Dasy,” celetuk Jack, teringat sapi mereka satu-satunya.

Loona segera menoyor kepalanya, “Jangan asal bicara!”

“Barney!”

Si pemilik nama segera menghampiri saat Aunt Moo menyerukannya. Aunt Moo memberikannya beberapa recehan, ada juga uang kertas yang sangat lusuh.

“Belilah biji kacang hijau di pasar.”

“Tapi ... ini tabunganmu untuk membeli sapi baru,” imbuh Barney, sendu.

“Kita tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Jill, kan?” ujar Aunt Moo sementara Barney menggeleng keras. “Kalau begitu lakukanlah ... Semua akan segera membaik.” Ia mengelus puncak kepala Barney yang masih terlihat tidak rela, sampai ahirnya anak itu mengangguk, dan segera berlari ke pasar.

Uang yang diberikan ternyata hanya cukup untuk membeli satu kantong kecil kacang hijau. Aunt Moo memasak kacang hijau itu dengan air yang banyak sehingga bentuknya lebih mirip sup. Pagi ini mereka bisa sarapan. Namun, saat malam tiba, semua makanan sudah tercerna sempurna, dan perut mereka lagi-lagi kosong. Jack menghampiri Aunt Moo yang sedang melamun di depan jendela, dan menarik gaunnya.

Lihat selengkapnya