Wanita tua ini sedang duduk dikamarnya yang berada di lantai dua, tatapannya tertuju pada sebuah taman, jendela sebagai penghubung antara dia dan taman itu.
Ingatannya kembali mengingat tentang masa lalunya, mengingat bagaimana dirinya berjuang demi memenuhi kebutuhan anaknya, hingga anak tunggalnya dapat menjadi orang sukses dan menikahi seorang konglomerat.
Afifah gadis cantik itu tidak seperti film yang dinikahi pria tajir, gadis ini dan suaminya merintih perusahaan kecil bersama. Hingga perusahaan itu memiliki berbagai cabang di Indonesia hingga keluar negeri.
Flashback On
"Mama mau kemana?"tanya Afifah yang memergoki mamanya dipagi buta seperti ini harus meninggalkan rumah.
"Mama hanya ingin jalan-jalan, kamu tidur saja Afifah,"suruh Disa ke anak gadisnya itu.
Bukan hanya Afifah yang dia tanggung, ia juga harus mengasuh anak kakaknya. Ke4 kakaknya tidak memiliki pekerjaan sehingga sulit dalam menafkahi anaknya.
Ladisa dan Abraham harus menjadi tulang punggung keluarga besar, ia rela mencari pekerjaan dimanapun. Ia sebenarnya tidak ingin membuat anak dan keponakannya mencari pekerjaan di usia mudanya, namun apa boleh buat.
Sampai suatu waktu anaknya sedang membisikkan sesuatu ke kupingnya, membuatnya senang sekaligus sedih harus ditinggalkan oleh anak tercintanya.
"Ma, Aku baru dilamar. Bolehkah aku menerima lamaran itu?"bisik Afifah.
"Kenalkan mama dengan dia dulu,"mereka berdua sedang berada didalam kamar, kehangatan keluarga yang sangat disukai Afifah.
"Mama sudah kenal dengan dia,"jawab Afifah tersenyum malu-malu.
"Siapa dia Afifah?"Ladisa kesulitan mengingat siapa pria yang di maksud oleh Afifah, pasalnya anak gadisnya ini terlalu di minati oleh kaum adam.
"Mas Pratama Ma,"jawabnya menunduk.
"Wah, kalau dengan Pratama mama pasti merestui mu, dia anak yang baik dan sopan. Besok kamu ajak dia kerumah ketemu dengan Mama dan Papa,"seru Ladisa senang, anaknya tidak akan salah pasangan. Dia memiliki filling yang kuat terhadap Pratama yang akan membahagiakan putri cantiknya.
"Terima Kasih Mama, I Love You,"
"I Love You too, dear."Ladisa memeluk putrinya sangat erat, tidak membayangkan putri yang pernah di lahirkan, digendong dan dirawatnya sudah ingin menikah dan membangun keluarga yang baru.
Keesokan Harinya