"Bagaimana kabar cucu-cucu Oma?"tanya Ladisa ke Arletta. Mereka berempat telah berkumpul di meja makan. Menikamati makan malam yang sederhana ini.
"Baik sih Oma,"jawab Arletta yang memasukkan sesendok nasi kemulutnya.
"Iqbaal?"
"Iqbaal kan lagi sekolah di Paris, sehat sih katanya,"jawab Arletta.
Iqbaal adik bungsunya, SMPnya bersekolah di Paris. Bersama dengan kedua temannya, yaitu Leon dan Deven.
***
"Kalau begitu Arletta sama Aryo pamit pulang yah Oma, Opa."Arletta menciumi tangan nenek kakeknya ini dan memeluknya.
"Hati-hati dijalan kalian,"ucap Abraham ke kedua pasangan manusia ini.
"Aryo pamit dulu yah Oma Opa, mari."Aryo lalu mencium tangan Abraham dan Ladisa, lalu membukakan pintu mobil Arletta.
***
Arletta POV✨
Aku sangat senang bisa bertemu dengan Oma dan Opaku setelah beberapa bulan tidak bertemu secara langsung, hanya bertatap via Videocall.
Aku sangat menyanyangi mereka, terutama Omaku. Oma yang selalu mendengar curahan hatiku saat aku kecil hingga aku berusia 20tahun ini.
"Sayang besok kita masuk siang, aku jemput yah,"ucap Aryo kepadaku.
Hahaha pria itu, aku tidak sempat mengira bahwa dia akan menjadi pacarku. Pria yang kutemui saat aku kecil, aku hanya bertemu dengannya sekali. Dan bocah ingusan itu mengajakku bertemu ditaman.
Tapi sayang, hujan mengguyur daerah yang kutempati dengannya. Aku menangis dan merengek untuk keluar dari rumah, namun Oma melarangku dan Papa melarangku. Aku sangat merasa bersalah pada pria itu.
Besoknya aku mengajak sodaraku — Gheo, untuk mencari bocah ingusan yang mengajakku itu, tapi sialnya aku tidak menemukannya. Aku tidak tahu dimana rumahnya.
"Oke, jangan telat yah. Aku gak mau telat masuk kelas, besok Dosen Killer ingat yah,"ucapku berusaha mengingatkan Aryo, pria ini terlalu suka ngaret. Membuatku harus dihukum kalau bersamanya.
Tapi tidak masalah, Aku dan Aryo hanya disuruh keluar kelas. Membuatku menikmati hukuman ini dengan Aryo di kantin kampus.
"Seneng gak ketemu Oma?"tanya Aryo yang satu tangannya sibuk memegang stir mobil, dan tangan kirinya menggenggam tanganku.
Cowok ini memang selalu seperti ini, terlalu suka menggenggam tanganku. Katanya dia takut melepasku, aku juga takut. Tapi bukankah tidak menggenggam tangan seperti ini tidak akan membuatku kemana-mana?
"Senang banget,"jawabku kegirangan, Aryo menarik tanganku yang digenggamnya dan menciumnya.
"Mau ketemu Oma lagi kah besok?"
"Gak, kamu pasti capek. Ini perjalanan yang lumayan jauh sayang, kamu juga butuh istirahat."Ucapku.
Ketika dulu aku jijik mengatakan sayang pada pria, atau embel-embel lainnya. Tapi, pada Aryo. Ntah kenapa ini selalu membuatku nyaman dan bahagia ketika mengungkapkan rasa sayang kepadanya.