Kini Raini duduk sendiri di sebuah kost kecil di Jakarta Selatan. Pekerjaannya sebagai legal officer di sebuah firma hukum membuat hari-harinya penuh dengan kontrak, gugatan, dan sidang yang kadang menyita tenaga maupun perasaan. Ia tak lagi menjalin hubungan dengan siapa pun. Sudah lama sendiri. Pilihan yang ia ambil setelah hubungannya dengan Fathur kandas, di ujung semester akhir kuliah.
Sore itu, layar ponsel kembali menyala.
Grup SMP Ceria:
“Riri nikah, guys! Tanggal 14 bulan depan. Siap-siap reunian!”
Raini hanya menatap pesan itu. Lama. Riri. Sahabat masa SMP Raini dan Rey, yang juga menyukai Rey entah sejak kapan. Dengan jantung yang entah kenapa berdetak lebih cepat, Raini membuka daftar kontak. Jemarinya tanpa sadar menekan nama: Rey. Raini menatap layar kosong. Lama. Ragu. Tapi jemarinya bergerak sendiri.
Raini:
"Hei... Kamu denger kabar Riri mau nikah?"
Layar menunjukkan tanda “sedang mengetik…”
Hatinya ikut berdebar.