Raini tersenyum kecil. Entah sejak kapan ia mulai menahan napas setiap kali nama Rey muncul di layar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu. Bahkan sejak kuliah pun sama-sama sibuk, sama-sama bersama orang lain, dan sama-sama memilih diam.
Raini meletakkan ponsel di meja kecil samping kasur. Ia berjalan ke cermin. Menatap wajahnya sendiri. Waktu memang berjalan, ada garis-garis lelah yang baru di matanya, tapi ada pula ketenangan yang tidak pernah ia punya saat masih remaja dulu.
“Kita udah bukan anak-anak lagi,” gumamnya.