Liburan Raini dan tim legal di Bali sudah hampir usai. Enam hari lima malam mereka menghabiskan waktu di pulau dewata yang indah ini, di mana suasana santai perlahan membuat keadaan Raini membaik meskipun suaranya masih parau.
Sore itu, saat packing hampir selesai, Nagita menghampiri Raini.
“Ni, kamu jadi tetap ke Jogjakarta?” tanya Nagita penuh perhatian.
“Kayaknya jadi sih, Tha... gak enak sama Rey kalau dibatalin. Dia udah bela-belain cuma mau datang sebentar ke acara wisuda adiknya. Kalau aku batal berangkat, kasian dia sendirian ke Jogja,” jawab Raini sambil tersenyum.
Rey memang dikenal jarang menghubungi Raini, bahkan sejak percakapan terakhir mereka di bandara, Rey belum sekali pun mengirim pesan. Namun bagi Raini itu bukan masalah besar. Dia paham betul sifat Rey yang suka menghilang tiba-tiba, tapi selalu menepati janji kalau mereka sudah sepakat bertemu.
Sementara itu, anggota tim lainnya sibuk dengan koper dan perlengkapan mereka.
“Guys, jangan lupa ya pagi ini beli oleh-oleh dulu!” teriak Hanny bersemangat. “Konyol banget kalau pulang tanpa bawa apa-apa, terutama buat tim HRD kita.”
Semua setuju dengan usul Hanny. Mereka mempercepat kegiatan packing dan bergegas menuju ke Krisna Bali untuk membeli oleh-oleh. Bli Agus yang membantu memasukkan koper ke mobil pun siap mengantar mereka.
Dalam perjalanan menuju tempat oleh-oleh, tiba-tiba ponsel Raini bergetar. Dengan cepat dia mengeluarkan ponselnya dan berharap itu adalah pesan dari Rey. Namun, ternyata pesan yang masuk adalah dari seseorang yang tak dikenal di Instagram.