Aku sudah siap. Mematut diri sekali lagi di cermin, memastikan diriku sudah bagus penampilan. Tidak, tidak berlebihan, setiap yang kukenakan dan yang kupoles sederhana dan tentunya nyaman. Sebelumnya sudah meminta izin sama Ibu. Langkah mondar-mandir pelanku di teras depan mempernyata kegugupanku. Pasti Ayah Kak Arven juga hadir nanti dan pertanyaan yang mungkin harus kujawab, kuyakin juga akan terlempar.
"Adara!"
Panggilan itu menginterupsi antara kegugupanku. Kak Arven sudah tiba, menjemputku. Kutarik napas panjangku, usaha menyembunyikan gugup dari cowok yang kusuka itu.
"Udah siap?"
"Udah dong, Kak." Kutampilkan senyum semangatku padanya sebelum duduk di belakangnya dan kendaraan roda dua itu membawa kami ke halaman rumahnya.
Kak Arven menarik tanganku, menuntunku masuk ke rumahnya dan menuju ruang makan. Di sana, makanan sudah tersaji di atas meja. Ayah dan Mama Kak Arven duduk bersebelahan. Hanya mereka, adik perempuan Kak Arven tidak ikut, padahal aku ingin sekali berkenalan dengannya. Aku menyapa kedua orangtuanya Kak Arven, kemudian ikut bergabung di sana, bersebelahan dengan Kak Arven dan berhadapan dengan mamanya.
Syukurlah, kegelisahanku berkurang ketika dua orang itu tersenyum ramah kepadaku. Aku tidak tahu alasan mereka mengundangku makan malam. Namun, seperti yang kuharapkan sebelumnya, masih sama, mereka ingin lebih dekat denganku. Mama Kak Arven menyilakanku untuk terus makan. Kak Arven menaruh nasi ke dalam piringku, tanpa kuminta. Sempat kulirik ke arah mamanya, ketika Kak Arven tersenyum untukku.
"Makan yang banyak," desis Kak Arven.
"Baik, Kak. Makasih."
Selama menyantap makanan, hanya suara dentingan sendok dengan piring, sisanya hening dari suara kami. Aku makan dengan pelan dan hati-hati, takut membuat kesalahan. Apalagi Kak Arven sesekali melirikku.
Saat semuanya selesai menyantap, sesi kegelisahanku dari tadi tiba. Ayah Kak Arven menatap ke arahku. "Jadi, kalian satu sekolah?" tanyanya.
Aku dan Kak Arven mengangguk. Ayah Kak Arven manggut-manggut.
"Arven, bisa tolongin Mama sebentar?" Kali ini Mamanya yang berbicara.
Kak Arven mengangguk. "Kenapa, Ma?"
"Obat mag Mama udah habis. Tolong beliin di apotik sebentar!" pinta mamanya.
"Sekarang?"