IN THE LIGHT OF FOUR

mahes.varaa
Chapter #16

KISAH HARIT DAN NIA PART 4

Cerita berlanjut. 

Permintaan itu tak langsung dikabulkan. Namun justru karena penolakan itu, obsesi Nia kian menjadi. Cintanya berubah wujud. Bukan lagi ketulusan, melainkan kegilaan yang membutakan logikanya. Dalam pikiran Harit bukan sekedar seseorang yang dicintai. Ia adalah milik. Dan hanya boleh jadi miliknya. 

Dengan segala cara, Nia mencoba memisahkan Harit dan Yasmin, perempuan yang telah merebut hatinya. Ia menyebar gosip keji tentang Yasmin, menciptakan situasi yang merugikannya, bahkan sampai beberapa kali mencoba mencelakainya secara langsung. Namun semua upaya itu gagal. Cinta Harit dan Yasmin terlalu kuat untuk digoyahkan. 

Dua tahun berlalu dalam ketegangan diam-diam. 

Setelah menyelesaikan studi, Nia kembali ke kota Smara. Harit memilih tinggal di kota Prema, bekerja keras demi melunasi hutang yang pernah dibuat ayahnya kepada tuan besar–ayah dari Nia. Ia tahu, bantuan kuliahnya bukan datang dari kebaikan hati semata, melainkan dari hutang yang harus ia bayar. 

Baru satu tahun bekerja, kabar duka datang mendadak. Ayah Harit meninggal dalam kecelakaan. 

Hari itu hujan turun deras sejak pagi. Sang ayah tengah mendampingi tuannya melakukan inspeksi di kebunnya. Dalam perjalanan pulang, listrik padam akibat hujan deras, dan jalanan berubah gelap gulita. Penglihatan terbatas. Tak ada yang menyadari bahwa pohon tua di tepi jalan telah mulai miring, siap roboh. 

Dan pohon itu benar-benar tumbang. Menimpa mobil yang mereka tumpangi. 

Ayah Harit, yang menyetir mobil, terkena hantaman paling keras. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, luka yang dialaminya terlalu parah. Nyawanya tak tertolong. 

Lebih buruk lagi, tuannya mengalami cedera serius. Tulang kakinya patah, membuatnya harus menjalani masa pemulihan panjang dan nyaris tak bisa bergerak. 

Kematian sang ayah memaksa Harit pulang ke kota Smara. Tapi yang lebih berat dari duka, adalah kenyataan bahwa hutang ayahnya kini jatuh sepenuhnya ke pundaknya. 

“Tuan, untuk hutang Ayah … biarkan saya yang melunasinya,” ucap Harit, menunduk ddi hadapan ayah Nia–pria yang jadi majikan bagi kedua orang tuanya. 

Pria itu menatap Harit lama. Lalu berkata dengan suara tenang. “Tadinya, aku ingin menghapus hutang itu, Harit. Buatku, kesetiaan ayah dan ibumu sudah lebih dari cukup. Tapi melihat tekadmu, dan rasa tanggung jawabmu yang besar … aku akan mengizinkanmu melunasinya, seperti yang kamu inginkan.” 

Pria itu lalu menambahkan dengan nada lembut, tapi tegas. “Kamu tak perlu membayar dengan uang.” 

Harit tertegun. Dalam benaknya sempat terlintas kemungkinan bahwa tuannya akan menjodohkannya dengan Nia sebagai ganti hutang. Tapi ternyata, bukan itu yang diminta. 

Karena kondisinya yang lemah dan belum pulih, sang tuan meminta Harit untuk menjadi wakilnya–mengurus segala urusan perkebunan, keuangan dan bahkan panti asuhan yang selama ini ia kelola. 

Tawaran itu jelas menggiurkan. Harit menimbangnya dengan hati-hati. Menjadi tangan kanan tuannya akan mempercepat pelunasan hutangnya. Ia juga bisa belajar langsung dari seseorang yang berpengaruh dan tetap mendapat gaji. Dalam waktu singkat, ia mengambil keputusan. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya di kota Prema dan berpamitan pada Yasmin untuk kembali ke kota Smara. 

Hari-harinya sebagai wakil tuan rumah dipenuhi tanggung jawab besar–mengelola perkebunan luas, mencatat keuangan rumah tangga, dan memastikan panti asuhan tetap berjalan lancar. Tapi Harit berkembang pesat. Dalam waktu kurang dari setahun, ia menjadi sosok kepercayaan tuannya. Ilmu dan pengalaman yang ia serap, membuatnya matang lebih cepat dari usianya. 

Saat itu, Harit merasa ia mulai memenangkan hidupnya. Lebih dari separuh hutang telah dilunasi. Ia mulai menabung. Membangun harapan dan rencana bersama kekasihnya, Yasmin. 

Namun, diam-diam Nia mengamati. Dan seperti racun yang tak pernah benar-benar hilang, obsesi lamanya kembali muncul. Ia menyabotase komunikasi antara Harit dan Yasmin–menyembunyikan dan bahkan mengganti isi surat mereka. 

Harit mulai merasa ada yang aneh. Hingga suatu hari, ia menerima surat dari Yasmin yang membuat jantungnya seperti berhenti berdetak. 

Lihat selengkapnya