Kabar bahwa Glen mengungkap perasaannya pada Mary jelas membuat gadis itu terkejut. Lidahnya kelu, pikirannya kosong. Ia tidak mampu merangkai satu kata pun sebagai jawaban. Yang membuatnya lebih sulit percaya adalah kenyataan bahwa Glen, sahabat yang selalu tumbuh bersamanya, ternyata menyimpan rasa untuk waktu yang begitu lama tanpa ia sadari.
Namun, kejutan itu bukanlah satu-satunya. Pukulan kedua, ketiga, datang beruntun, seakan semesta benar-benar ingin menguji keteguhan hatinya. Satu per satu, sahabatnya yang lain pun melakukan hal yang sama.
“Mary, aku sudah lama suka sama kamu. Sekarang … aku memang belum jadi aktor terkenal. Tapi aku janji … suatu hari nanti, aku akan jadi aktor terkenal untukmu. Jadi, mau enggak kamu jadi pacarku?” ucap Shin dengan penuh keyakinan.
Shin bahkan rela pulang lebih cepat dari kota Antarlina hanya untuk menyampaikan perasaan itu langsung. Bukan lewat pesan, bukan lewat telepon—ia ingin Mary mendengar sendiri, tepat di hadapannya.
Mary menggeleng lemah, wajahnya menyimpan kebingungan. “Maaf, Shin … ini terlalu mendadak.”
Tangannya meremas ujung bajunya, hatinya bergemuruh. Sejak kapan semua ini berubah? Baginya, persahabatan mereka selama hampir sepuluh tahun adalah rumah. Aman, sederhana, hangat. Ia tidak pernah menduga rasa itu bergeser menjadi sesuatu yang lebih.
Namun badai itu belum selesai.
Reiner, yang selama ini dikenal Mary sebagai sahabat paling dingin, kini ikut melangkah ke garis yang sama. Dengan nada tenang namun penuh ketegasan, ia berkata:
“Aku tahu Glen dan Shin sudah lebih dulu bicara. Dan aku tahu kamu belum memberi jawaban pada siapapun. Tapi sekarang, dengarkan aku baik-baik, Mary … sejak pertama kali kita bertemu, sebenarnya aku sudah menyukaimu.”
Mary menatapnya tak percaya. Semua kenangan lama berkelebat dalam ingatannya–bagaimana Reiner sering mengerjainya di sekolah, bagaimana sikap ketusnya seakan menunjukkan kebencian. Memang sudah sejak lama sikap Reiner berubah lebih baik dari saat sekolah, tapi ia benar-benar tak menyangka perubahan itu akan sampai ke tahap rasa suka.