IN THE LIGHT OF FOUR

mahes.varaa
Chapter #42

PERAYAAN SEPULUH TAHUN

27 Januari 2014.

Hari yang selalu mereka nantikan setiap tahun, kini tiba dengan nuansa berbeda. 

Sore itu, Mary baru saja menerima kabar bahwa pesanan kotaknya telah selesai. Kotak yang ia rancang khusus untuk memperingati sepuluh tahun kebersamaan mereka. Dengan hati berdebar, ia mengirimkan pesan singkat kepada empat sahabatnya. Pesan yang sama, sederhana tapi penuh janji: bahwa ia akan memberikan jawaban atas pengakuan mereka di hari ini—hari perayaan sepuluh tahun persahabatan mereka. 

Bagi Mary, tanggal 27 Januari adalah hari yang penuh makna. Bukan sekadar peringatan pertemuan pertama mereka, melainkan titik awal lahirnya persahabatan yang telah tumbuh begitu kuat. Namun bagi Glen, Shin, dan Leo, tanggal itu lebih dalam artinya. Mereka yang dibesarkan di panti asuhan tanpa tahu pasti kapan hari kelahiran mereka yang sebenarnya, menjadikan tanggal ini semacam hari lahir kedua. Bukan tanggal di akta, melainkan hari yang benar-benar mereka rasakan sebagai titik awal hidup bersama. 

Alih-alih merayakan ulang tahun masing-masing, mereka sepakat sejak lama: 27 Januari adalah ulang tahun persahabatan mereka. Dan hari itu selalu diisi dengan kue tart, lilin, tawa, serta hidangan pesta sederhana yang membuat suasana hangat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ferno–adik Mary–pun hadir, menjadi saksi setia dari ikatan yang semakin dalam antara sang kakak dan empat sahabatnya. 

“Fiuh … “ Mary tersenyum kecil setelah meniup lilin angka 10  di atas kue tart. Suasana meriah memenuhi ruangan, suara tawa bercampur dengan aroma manis kue yang baru saja dipotong. Lalu, dengan penuh antusias, ia menarik sebuah kardus besar yang sudah lama disimpannya. Semua mata tertuju padanya. 

Mary membuka kardus itu perlahan, memperlihatkan lima buah kotak kayu indah dengan ukiran halus. En Memoir–begitulah ia menamainya. Dengan hati-hati, ia membagikan satu per satu kotak tersebut kepada keempat sahabatnya, menyisakan satu untuk dirinya. 

“Ini hadiah untuk perayaan sepuluh tahun persahabatan kita,” ucap Mary, senyumnya penuh kebahagiaan. “Kita semua punya kotak yang sama. Anggap ini kenang-kenangan untuk kita berlima.”

Shin menatap bingung, alisnya terangkat. “Kotak ini … untuk apa, Mary?” 

En Memoir berarti ‘dalam kenangan’,” jawab Mary lembut. “Kalian bisa pakai kotak ini untuk menyimpan hal-hal berharga, sama seperti buku harian atau album foto, tapi dalam bentuk yang lebih pribadi.” 

Reiner mendengus pelan, wajahnya agak masam. “Mary, ini hal yang biasa dilakukan perempuan. Bukan gayaku.” 

Mary sudah menduga protes itu. Dengan tenang ia mengeluarkan beberapa foto yang sudah ia cetak rapi. “Setiap orang dapat empat foto. Tiga foto lama sudah aku siapkan, dan satu lagi adalah foto yang akan kita ambil nanti. Kalau kalian mau, kalian bisa menuliskan sesuatu di belakang foto-foto ini, sebagai pengingat dan lebih berarti.” 

Ekspresi Reiner berubah seketika ketika ia menatap foto-foto itu. Meski awalnya keberatan, matanya melembut saat melihat potret masa lalu yang telah lama tidak ia lihat. Foto-foto yang menjadi rekam jejak perjalanan mereka, dari remaja hingga dewasa. 

“Harus begini ya, Mary?” tanyanya dengan suara lebih rendah, nyaris menyerah. 

“Harus!” jawab Mary mantap, matanya bersinar. “Aku ingin ini jadi pengingat bahwa kita pernah melewati semua ini bersama. Siapa yang tahu … suatu saat nanti kita mungkin sibuk dengan jalan hidup masing-masing. Dan ketika kalian merasa rindu dengan kebersamaan kita, kotak ini bisa jadi penghubung dengan ikatan kita.” 

Shin, Glen, dan Leo justru terlihat gembira sejak awal. Bagi mereka, kotak itu terasa seperti hadiah ulang tahun pribadi, bukan sekadar simbol. Tawa mereka mengisi ruangan ketika Mary juga memberikan foto tambahan yang mereka minta. 

“Mary, ada foto saat aku jadi Juliet di pentas sekolah?” tanya Shin penuh harap. 

Mary mengangguk sambil menyodorkan foto. “Sudah aku siapkan juga.” 

Lihat selengkapnya