Blurb
Di kota sepadat ini, siapa sangka takdir ikut antre naik MRT?
Setiap pagi, Qiara dan Raihan memulai harinya dengan rutinitas yang tak biasa—rebutan kursi di MRT. Mereka tak saling kenal, tak saling sapa, tapi selalu berakhir saling kesal.
Qiara hanya ingin sampai kantor tanpa harus debat di peron. Raihan hanya ingin pagi yang tenang, tanpa gangguan dari gadis asing yang tak pernah mau kalah.
Tapi ketika dunia ternyata terlalu sempit—dan kantor mereka tak seberapa jauh—takdir mulai bekerja pelan-pelan. Dari kursi MRT yang jadi medan perang, sampai gedung yang sama, lantai yang sama... dan mungkin, perasaan yang diam-diam ikut terbawa.
Karena kadang, pertemuan paling menyebalkan... justru yang paling sulit dilupakan.