Inang Kedua

Camèlie
Chapter #1

Bab 1 Anomali Merah

Lantai empat Gedung Pusat Penelitian Botani Jakarta tidak pernah mengenal kata hening.

Bahkan di pukul sepuluh malam, ruangan kubikal itu masih berdengung oleh suara server komputer, derit printer yang memuntahkan data, dan aroma kopi gosong yang menguap dari gelas-gelas kertas.

Ardian melepas kacamata bacanya, memijat pangkal hidung yang berdenyut. Di hadapannya, mikroskop elektron masih menyala, menampilkan struktur sel tanaman paku yang membosankan.

"Ardian. Ruangan saya. Sekarang."

Suara berat itu memecah konsentrasi. Ardian menoleh. Pak Baskoro, Kepala Divisi Riset Lapangan, berdiri di ambang pintu kaca ruangannya. Wajahnya kaku, jenis ekspresi yang biasanya muncul kalau anggaran dipotong atau proyek gagal total.

Ardian buru-buru merapikan jas lab putihnya. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang. Apakah proposal dana risetnya ditolak lagi?

Namun, saat ia masuk ke ruangan berpendingin udara itu, bukan surat penolakan yang ia lihat di meja.

Melainkan selembar peta topografi satelit berukuran besar.

"Duduk, Ar," perintah Pak Baskoro pendek.

Ardian duduk, matanya langsung tertuju pada peta itu. Itu adalah citra satelit dari Jawa bagian selatan. Hutan hujan tropis yang padat. Hijau pekat.

Tapi di tengah hamparan hijau itu, ada satu titik kecil yang dilingkari spidol merah.

"Bapak tahu Hutan Kembang Kuning?" tanya Baskoro.

Ardian mengangguk. "Zona konservasi mati. Medannya terlalu curam, vegetasinya terlalu rapat. Ekspedisi tahun 90-an gagal menembus sektor utaranya."

Lihat selengkapnya