Senin Siang, SMA Pelita Bangsa.
Hari Pertama MOS.
Matahari Jakarta sedang ganas-ganasnya. Aspal lapangan basket sekolah itu memantulkan hawa panas yang membakar kulit. Ratusan siswa baru berbaris rapi dengan seragam putih-abu, keringat bercucuran membasahi punggung.
Celine berdiri di barisan paling belakang. Wajahnya pucat pasi.
Jamu racikan ayahnya memang ampuh menghilangkan nyeri perut, tapi jamu itu tidak bisa melawan terik matahari 34 derajat Celcius yang menghantam kepalanya tanpa ampun. Ditambah lagi, darah haid hari pertama yang keluar membuatnya merasa lemas dua kali lipat.
"Tahan, Celine. Jangan manja," bisiknya pada diri sendiri.
Namun, pandangannya mulai berkunang-kunang. Dunia di sekitarnya terasa berputar pelan. Suara senior yang berteriak-teriak memberikan instruksi terdengar seperti dengungan lebah yang jauh.
Tubuhnya lemah. "Wadah"-nya sedang tidak stabil.
Di pinggir lapangan, di bawah tenda medis yang teduh, Raka berdiri bersedekap.
Seragamnya rapi, lengan bajunya digulung sesiku, memperlihatkan ban lengan bertuliskan "KEAMANAN".
Matanya terpaku pada satu titik. Pada gadis berambut panjang di barisan belakang yang terlihat sempoyongan.
Tiba-tiba, dada Raka terasa hangat.
Dia meraba balik seragamnya. Kalung Kayu Stigi peninggalan ayahnya—yang biasanya dingin—mendadak bergetar halus.
Benturan Energi
"HEH! KAMU YANG DI BELAKANG!"
Teriakan melengking memecah konsentrasi Raka.
Seorang senior perempuan berwajah judes—Bella, Seksi Disiplin—berjalan menghampiri Celine. Bella kesal melihat Celine yang berdiri tidak tegak.
"Berdiri yang tegak! Baru dijemur segini aja udah loyo! Kamu niat sekolah di sini nggak?!" bentak Bella tepat di depan wajah Celine.
Celine mencoba mendongak, menatap senior itu dengan sisa tenaganya. "M-maaf, Kak... saya pusing..."
"Alasan! Anak jaman sekarang manja banget!" Bella mendorong bahu Celine pelan.
Dorongan kecil itu fatal.
Keseimbangan Celine hilang. Kesadarannya putus.
Tubuhnya ambruk ke depan.
"Eh?!" Bella kaget, tidak menyangka juniornya benar-benar pingsan.
Sebelum tubuh Celine menghantam aspal keras, sepasang lengan kekar menyambarnya.
Raka.