Selasa Pagi, SMA Pelita Bangsa.
Hari Kedua MOS
Langit Jakarta pagi itu cerah berawan. Ratusan siswa baru sudah berkumpul di lapangan, duduk bersila menunggu instruksi panitia.
Celine sedang merapikan tali sepatunya ketika sepasang sepatu pantofel hitam berhenti tepat di depan wajahnya.
Dia mendongak.
Raka berdiri menjulang. Wajahnya datar, tangannya menyodorkan sebungkus roti cokelat dan susu kotak dingin.
"Makan," kata Raka singkat.
Celine mengerjap kaget. "Eh? Kak Raka?"
"Biar nggak pingsan lagi. Nyusahin," lanjut Raka dingin.
Celine buru-buru berdiri, merasa tidak enak. "Saya udah sarapan kok, Kak. Makasih."
"Ambil aja."
Raka memaksa, meletakkan roti itu ke telapak tangan Celine.
Ini adalah momen yang Raka tunggu.
Saat kulit jari mereka bersentuhan sekilas...
Zzzzz...
Tidak ada sengatan listrik atau panas membara seperti kemarin. Tapi, Raka merasakannya.
Kalung Kayu Stigi di balik seragamnya bergetar halus. Hangat. Seperti ada aliran air panas yang mengalir pelan di dadanya.
Sinyal itu konsisten.
Raka langsung menarik tangannya begitu tujuannya tercapai. Tanpa senyum, tanpa basa-basi, dia langsung berbalik badan dan berjalan pergi.
Celine menatap punggung senior itu dengan bingung.
"Galak banget..." gumamnya pelan, tapi sudut bibirnya terangkat sedikit.
Anomali di Siang Bolong
Pukul 11.00 WIB.
Matahari mulai naik sepenggalah. Kegiatan baris-berbaris sedang berlangsung di lapangan utama.
Raka berdiri di balkon lantai dua gedung sekolah. Dari sini, dia bisa melihat seluruh formasi barisan siswa baru.
Matanya menyapu lapangan, mencari satu sosok.
Gugus 3. Barisan paling belakang.
Celine berdiri tegap. Posturnya bagus, mengikuti aba-aba "Siap Grak!".
Cahaya matahari siang yang terik menciptakan bayangan hitam pekat di lantai semen lapangan.
Raka memperhatikan bayangan murid-murid lain. Semuanya normal.
Lalu matanya beralih ke bayangan Celine.
Raka menyipitkan mata, melepas kacamata minusnya, mengelapnya, lalu memakainya lagi.
"Apa mata gue yang siwer?" gumamnya.
Celine berdiri tegak. Tapi bayangannya di aspal... membungkuk.
Di bagian punggung bayangan itu, ada gumpalan hitam besar yang menonjol. Bentuknya aneh. Seperti punuk unta, atau lebih tepatnya... seperti ada sosok kecil yang sedang digendong di punggung Celine.
"Hadap Kanan, Grak!" teriak senior lapangan.
Celine memutar tubuhnya ke kanan dengan sigap.