Inang Kedua

Camèlie
Chapter #13

Bab 13 Tidur Yang Tak Lelap

Selasa Sore, Pukul 16.30 WIB.

Kamar Tidur Celine

MOS hari kedua akhirnya selesai.

Celine pulang dengan sisa tenaga nol persen. Tubuhnya lengket oleh keringat, wajahnya kusam kena debu Jakarta, dan perut bagian bawahnya terasa nyeri tumpul karena haid hari kedua yang sedang deras-derasnya.

Begitu masuk kamar, Celine tidak peduli pada apa pun. Dia melempar tas sekolahnya ke lantai, menendang sepatunya asal-asalan, dan langsung menjatuhkan diri ke kasur empuk tanpa mengganti seragam, bahkan tanpa mencuci kaki.

"Capek banget gila..." gumamnya. "Senior gila... jalan jongkok keliling lapangan..."

Dia membenamkan wajahnya ke bantal. Bau matahari dan keringat menempel di bajunya, tapi rasa kantuk lebih kuat. AC kamar yang dingin membuainya.

Dalam hitungan detik, Celine sudah terlelap.

Tidur yang salah. Tidur di saat Sandikala dengan tubuh kotor dan kondisi "berdarah".

Itu adalah undangan terbuka.

Tindihan

Pukul 17.45 WIB.

Langit di luar jendela mulai berubah ungu memar. Adzan Maghrib sayup-sayup terdengar dari kejauhan.

Celine tiba-tiba terbangun.

Atau setidaknya, matanya terbuka.

Dia menatap langit-langit kamarnya yang mulai gelap.

Dia ingin mengubah posisi tidurnya yang telentang, tapi tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Celine panik.

Lho? Kok kaku?

Dia mencoba menggerakkan jari tangannya. Nihil.

Mencoba menggerakkan kakinya. Lumpuh.

Dia ingin berteriak memanggil mamanya. "Ma!"

Tapi suaranya tidak keluar. Tenggorokannya seperti dicekik dari dalam. Hanya suara ngorok halus yang keluar. Ehghh...

Dadanya terasa berat.

Sangat berat.

Rasanya seperti ada karung beras yang diletakkan di atas dada dan perutnya. Menekan paru-parunya hingga dia susah bernapas.

Mata Celine melirik liar ke sekeliling.

Hidungnya mencium bau itu.

Bau apek. Bau tanah basah yang sangat kuat dan dekat, seolah-olah bantalnya terbuat dari lumpur kuburan.

Sudut matanya menangkap pergerakan.

Di ujung kaki ranjangnya.

Lihat selengkapnya