Inang Kedua

Camèlie
Chapter #14

Bab 14 Akar di Atas Kertas

Rabu Pagi, SMA Pelita Bangsa.

Hari Terakhir MOS.

Bagi siswa baru, hari terakhir MOS adalah hari kebebasan. Tapi bagi Raka, ini adalah deadline.

Setelah hari ini, ratusan siswa baru itu akan dipecah masuk ke jurusan masing-masing. Ada yang ke IPA, ada yang ke IPS. Kesempatan Raka untuk memantau Celine dari jarak dekat akan hilang.

"Rak, lo jaga Gugus 3 ya gantiin Bella," perintah Ketua OSIS di ruang panitia.

Raka mengangguk cepat sambil menyambar tumpukan kertas soal psikotes. Itu tujuannya. Gugus 3 adalah kelas Celine.

Tes Menggambar Pohon

Suasana kelas X-3 hening. Raka membagikan kertas HVS dan satu set pensil warna ke setiap meja. Instruksi psikotes kali ini membolehkan penggunaan warna untuk melihat ekspresi emosi siswa.

"Waktunya 15 menit. Gambarlah pohon berkayu. Jangan pohon kelapa, pisang, atau bambu," instruksi Raka datar, suaranya menggema di ruang kelas yang sepi.

Raka berjalan pelan mengelilingi lorong meja, berpura-pura mengawasi. Namun, matanya tertuju pada satu meja di barisan belakang dekat jendela.

Celine duduk di sana. Wajahnya tampak bingung menatap kertas kosong. Namun, saat ujung pensilnya menyentuh kertas, tatapan Celine berubah. Matanya meredup, kosong, seolah jiwanya sedang melayang ke tempat lain.

Tangannya bergerak sendiri. Cepat dan agresif. Seolah digerakkan oleh memori otot yang bukan miliknya.

Dia tidak mengambil pensil warna hijau atau cokelat seperti murid lain.

Dia mengambil warna merah dan membiarkan sebagian kertas tetap putih.

Srek... srek... srek...

Celine menekan pensil merah itu kuat-kuat ke bagian bawah kertas, menggambar garis-garis ruwet yang saling membelit.

Raka berhenti tepat di samping meja Celine. Dia melirik ke kertas itu.

Napas Raka tertahan.

Gambar itu aneh. Sangat aneh.

Batang pohonnya dibiarkan putih pucat, kontras dengan background kertas. Batangnya besar dan meliuk seperti tulang atau otot manusia. Rimbun daunnya diwarnai hijau tua yang kelam, hampir hitam.

Dan di sela-sela daun itu, Celine menggambar bulatan-bulatan kecil berwarna merah menyala. Buah beri.

Tapi yang paling mengerikan adalah akarnya.

Celine menggambar akar pohon itu dengan warna merah darah. Akarnya mencuat keluar dari tanah, besar, dan tampak mencengkeram sesuatu di dalam tanah.

Raka menatap gambar itu lekat-lekat. Jantungnya berdegup kencang.

Lihat selengkapnya