Kamis Malam, Pukul 23.30 WIB.
Kamar Tidur Raka.
Raka terbaring di atas kasurnya. Lampu kamar sudah dimatikan, hanya menyisakan cahaya remang dari lampu jalan yang menembus celah gorden, menciptakan bayangan panjang di dinding.
Suasana kamar itu hening, tapi bagi Raka, keheningan itu terasa bising. Telinganya berdenging, waspada pada setiap bunyi 'kretek' lemari atau gesekan angin di jendela.
Tangannya reflek meraba lehernya.
Kosong.
Kulit lehernya yang selama 10 tahun selalu hangat karena sentuhan Kayu Stigi, kini terasa dingin. Telanjang.
Sangat dingin.
Hawa AC di kamarnya disetel 24 derajat, tapi rasanya seperti berada di dalam lemari es kamar mayat. Dingin itu menusuk pori-pori, merayap masuk ke tulang, membuat bulu kuduknya berdiri tanpa henti.
Pikiran Raka melayang kembali ke kejadian beberapa jam lalu di rumah Celine.
Dia masih bisa mendengar suara cesss saat kulit Celine menyentuh kuah panas.
Dia masih bisa melihat tatapan mata hitam gadis itu saat mengunyah tulang sapi yang melepuh.
Dan dia ingat betul seringai Nini di jendela saat dia pergi. Seringai kemenangan.
"Gue udah lakuin hal yang bener," gumam Raka pada langit-langit kamar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Celine butuh itu lebih dari gue."
Tapi insting purbanya tidak bisa dibohongi.
Raka merasa diawasi.
Dari sudut lemari yang gelap. Dari kolong tempat tidur. Dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Tanpa kalung itu, dia seperti rusa terluka yang berjalan pincang di tengah kerumunan serigala lapar.
Zzzzt... Zzzzt...
Suara getaran ponsel di atas nakas memecah lamunan Raka. Jantungnya melompat.
Raka menoleh ke samping.
Ponselnya menyala sendiri. Layarnya terang benderang dalam kegelapan kamar.
Mungkin ada notifikasi WhatsApp atau email masuk? Tidak.
Raka diam saja, malas mengambilnya. Dia hanya menatap layar ponsel itu dari posisi berbaring. Jarak wajahnya ke ponsel sekitar setengah meter, dan posisinya miring di bantal.
Namun, sesuatu yang aneh terjadi.
Layar ponsel itu tidak menampilkan pesan.
Layar itu menampilkan ikon Gembok Terkunci di bagian atas.
Lalu, ikon Face ID aktif.
Animasi pemindai wajah itu berputar, mencari biometrik untuk membuka kunci.
Raka mengerutkan kening.