Incredible Love

Mizan Publishing
Chapter #2

Bab 1

Jakarta, pagi hari. Waktu bergerak cepat diantara wajah resah banyak orang. Sementara itu, seperti biasa, kemacetan menjalar panjang, menunda kepentingan masing-masing. Mobil-mobil berderet tak banyak bergerak. Sementara beberapa motor saling memburu ruas jalan yang tersisa. Termasuk sebuah vespa tua merah yang suara mesinnya memekak telinga banyak orang.Selain itu, asap dari knalpotnya yang dekil sangat mengganggu beberapa pengendara lain.Tapi, si pengendara seakan tak peduli dengan semua itu. Dia sedang berpikir keras bagaiman acaranya nasib baik berpihak kepadanya agar tak telat sampai kantor.

Gregory Atmaja, atau biasa dipanggil Greg, nama si pengendara vespa merah. Pemuda 26 tahun itu berpakaian rapi, dan berupaya keras mencari ruas jalan yang tersisa. Seorang pengendara memelototi karena gerakan liar vespanya menyenggol spion motor lain. Tapi, tak sekalipun Greg ikut bagian untuk bersitegang dengan pengendara lain. Dia tak mau kehabisan semangatnya dengan hal remeh macam begitu.

Pemuda tanggung itu sedang bersemangat dengan harapan besar. Dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar sampai di kantor tepat waktu. Karena kalau tidak, dia tak tahu harus berbuat apa. Itu satu-satunya kesempatan agar dia diterima kerja di PT Elang Makmur Sekuritas di kawasan Jalan Sudirman.

Waktu terus bergerak tak kenal siapa pun.Menit-menit merambat setiap kemungkinan. Perlahan, vespa tua Greg terus merangkak. Satu per satu pengendara dilewatinya. Hingga saat melewati jembatan penyeberangan Sudirman, tiba-tiba Greg terhenyak. Sepintas, dia melihat seorang ibu yang menjatuhkan HP-nya. Greg sebisa mungkin memberi tahu si ibu yang berlalu. Tapi, suara Greg tak terdengar. Dia mencoba mengulanginya lebih keras yang membuatvespanya justru sedikit oleng ke kiri. Beberapa orang memperhatikannya mengiranya lalai. Karena ibu itu tak juga mendengarnya, Gregmenghentikan vespanya, meyandarkan di tepi jalan. Dengan tergesa, dia berlari memungut HP lantas mengejar si ibu di antara lalu-lalang pejalan kaki. Namun, dari arah lain terdengar teriakan seorang perempuan.

“Copeeet!”

Sontak orang-orang yang terprovokasi segera mencari ke mana arah si copet. Sungguh malang, Greg yang kebetulan berlari mengejar si ibu, malah menjadi sasaran massa. Satu-dua orang berteritak copet ke arah Greg. Dua-tiga orang dari arah depan lantas mecegatnya. Dia lantas diam dan menjelaskan apa yang terjadi. Tapi, massa kadung marah dan tak peduli. Lima-empat jotosan mampir ke muka yang tak bersalah.

Greg yang minta ampun dan masih terus menjelaskan akhirnya lemas dan pasrah. Berselang beberapa saat, seorang perempuan yang berteriak copet itu akhirnya datang. Dia melihat seorang lelaki yang tak dikenalnya telah babak belur.

“Bukan dia pencopetnya!”

Lihat selengkapnya