Walaupun program menabung bukan suatu kewajiban bagi murid di sekolah SD kami, namun banyak murid yang rajin menabung, Masing-masing wali kelas sebagai pengelolanya. Sesuai ketentuan, bagi murid yang membutuhkan uang, bisa mangambil uang tabungannya, dalam priode 6 bulan sekali, Seperti saat ini di ruang guru, Bety wanita usia 35 tahun, wali kelas kami, duduk di kursi meja kerjanya, berhadapan dengan beberapa murid, yang ingin mengambil uang tabungan, termasuk aku, yang berdiri bersandar di dinding ruangan.
“Munaroh Aghata“, Kata Bety memanggil.
“Aku bu guru“, Sahut seorang murid wanita bernama Munaroh.
Munaroh mendekati Bety.
“Jumlah tabungan kamu, sudah 375 rupiah, kamu mau ambil berapa?“, Tanya Bety.
“Dua ratus ribu saja bu“, Jawabnya.
Bety memasukan uang sejumlah 200 ribu kedalam amplop putih, lalu di serahkan pada Munaroh, Munaroh setelah menerima amplop, keluar dari ruangan ini.
“Charles Abdul Manaf “, Kata Bety memanggil.
Murid pria bernama Charles, menghampiri Bety.
“Jumlah tabungan kamu, yang paling besar, Charles, 750 ribu rupiah, Apa ingin kamu ambil semua?“,Tanya Bety.
“Engga bu guru, aku cuma mau tau aja, uang tabunganku ada berapa, Tarnyata, yang paling banyak“, Jawab Charles senyum-senyum membanggakan dirinya.
Charles kembali ke tempat sebelumnya, Bety gelengkan kepalanya.
“Garvin Altamis“, Sapa Bety.
“Aku bu guru“, Jawabku.
Aku sebari ber tolak pinggang, mendekati Bety.
“Kamu jangan tolak pinggang begitu, tidak sopan, Turunkan tangan kamu!“, Tegur Bety, bicara agak keras.
“I,..ya bu guru“, Jawabku.
Agar celanaku tidak melorot, aku melangkah mudur, lalu menyandarkan tubuhku di dinding tembok, Aku pun sudah bisa merentangkan kedua tangan kebawah.
“Sudah enam bulan lebih, kamu tidak pernah menabung, jumlah tabungan kamu, masih seperti enam bulan lalu, 65 ribu rupiah“, Kata Bety.
Aku bingung untuk memberi tanggapan.
“Garvin sudah enam bulan ini, memang engga pernah di kasih uang jajang lagi bu guru “, Sela Charles mentertawakan aku.
Sebagian murid menahan tawa.
“Jadi bagaimana?“, Tanya Bety.
“Aku ambil semuanya bu guru“, Jawabku.
Bety memasukan uang sejumlah 65 ribu rupiah kedalam amplop, lalu menyodorkan amplop padaku, Agar tubuhku tetap bersandar di dinding tembok, aku merunduk setengah ruku, namun tanganku, belum bisa menggapai amplop yang di sodorkan Bety.
“Kamu kenapa jadi aneh begini, Garvin?“, Tanya Bety, bingung dengan sikapku.
Aku hanya diam, Bety meletakkan amplop di atas meja, Saat Bety mencatat di buku besar, Aku kembali bertolak pinggang, lalu bergegas mengambil amlpop itu, kemudian melangkah ke luar ruangan.