Independent Child

Ir. Rachmat
Chapter #21

Jadi Tersangka

Pagi ini hari Kamis, Aku sudah berseragam sekolah baju batik, bawahan celana pendek putih, sepatu kets hitam, dan ber kaos kaki putih, Semuanya sudah semakin kusam, dekil, begitu juga dengan sepatu kets ku, bagian bawahnya (midsole) sudah agak terangkat, alias menganga, Namun aku sudah terlihat rapi, karena ada sabuk yang melingkari pinggang celanaku, Sabuk bagus, dari kulit asli, pemberian papaku semalam, Aku membuka jendela kayu di ruang muka ini, Pantulan cahaya sinar matahari, membuat ruangan terang, Dan juga membangunkan Fiona dari Rafael, dari tidurnya, Fiona terperanjat kaget, panik, Remoute control TV, sudah tidak ada di genggaman tangannya.

“Remoute TV nya, mana ka?“, Tanya Fiona padaku.

Rafael menangis, melihat di atas rak kayu, sudah tidak ada TV.

“TV nya, hilang kakak“, Kata Rafael, menangis.

“Kaka engga tau ade, Tadi kaka bangun tidur, itu TV memang sudah engga ada“, Jawabku.

Papaku berpakaian rapih, bersepatu, kemeja tidak di masukan, tiba dari luar rumah.

“TV nya mana, pa?“, Tanya Fiona.

“Sudah papa jual“, Jawab papaku.

“Papa jahat,…. !“, Kata Fiona, kesal, kemudian menangis.

“Nanti siang,  papa ganti dengan TV baru, TV layar datar“, Jawab papaku dusta.

“Yang benar pa?“.

“Iya“.

Wajah Fiona dan Rafael, kedua adikku, berubah jadi ceria, aku juga ikut senang.

“Fiona, Rafael, Ayo cepat mandi, ganti pakaian“.

Kata mamaku yang baru tiba dari ruang belakang, Mamaku juga sudah berpakaian rapi untuk berpergian.

“Memangnya kita, mau kemana, ma?“, Tanya Fiona.

“Kemari kamu, kepingin benar makan di restoran Padang“, Papaku yang menjawab.

“Jadi kita, mau makan di restoran Padang?“, Tanya Fiona lagi, bersemangat.

“Iya“.

“Kalau cuma makan di restoran Padang, Kenapa mama, papa, pakai pakaian bagus?“.

“Kamu ini, selalu saja bertanya, Cepat sana, mandi“, Kata mamaku.

“Tapi ma, Ka Garvin mesti ikut lomba cerdas cermat?“, tanya Fiona lagi.

“Sekalian kita antar kaka kamu ke sekolahannya“, Papaku yang menjawab.

Fiona dan Rafael, kedua adikku begitu senang, mereka bergegas ke ruang belakang untuk mandi, Aku bingung, berpikir, sebab setau aku, Restoran Padang baru buka di atas jam 9, Tapi aku, masih belum memiliki keberanian untuk bertanya pada papaku.

 

Aku, Fiona dan Rafael, sudah berada di teras muka rumah, menunggu papa dan mamaku, keluar rumah, Fiona mengenakan pakaian terusan, dengan sabuk warna merah muda, begitu juga dengan Rafael, celananya sudah di masukan, dan pakai sabuk, sama seperti aku.

“Ade celananya sudah engga melorot lagi, ka, sama kaya kaka, soalnya pakai sabuk, sabuknya bagus lagi“, Kata Fiona, dengan pandangan pada sabuk yang melingkari pinggang celana Rafael dan aku.

“Namanya juga sabuk mahal ade, pasti bagus, keren“, Kataku.

“Sabuk yang lainnya, kaka simpan di mana?“.

“Di dapur, di dalam bok kontainer“.

Papa dan mamaku, keluar dari dalam rumah, Papaku mendorong tas koper ukuran cukup besar. Mamaku menjingjing tas pakaian kecil.

“Ko, pada bawa tas pakaian?“, Tanya Fiona, bingung.

Mamaku dengan pandangan padaku, Fiona dan Rafael, bingung untuk menjawab, namun raut wajah mamaku terlihat sedu, iba.

Lihat selengkapnya