Papaku sudah berlari di lorong jalan sempit dalam pemukiman padat, dan kumuh, Ia sesekali menoleh ke belakang, Sesaat kemudian, papaku kaget, melihat aku sudah ada di hadapanya, Papaku ingin terus berlari, aku menghadangnya.
“Mau apa kamu!“, Bentak papaku kesal.
Aku sebelumnya begitu takut, dan segan dengan papaku, Namun kini, entah kenapa, jadi timbul keberanian, karena begitu meng khawatirkan papaku.
“Papa jangan kabur, nanti di tembak polisi“, Kataku dalam kepanikan.
Papaku tanpa menjawab, menyibak aku, Aku jatuh terduduk, Papaku kembali lari, Aku juga kembali mengejar papaku, Karena jalan sempit, dan banyak aktivitas warga, serta pedagang yang melintas menggunakan gerobak dorong, Langkah lari papaku jadi terhalang, bahkan sempat menabrak gerobak tukang somay, Sementara aku, karena tubuhku kecil, bisa mudah melewatinya, Aku pun sudah ada di samping papaku, dan sama-sama berlari.
Papaku yang kelelahan, berhenti berlari, Aku juga berhenti lari, dan berdiri di hadapan papaku, Papaku menstabilkan napasnya yang ngos-ngos an, Aku agak terperanjat kaget, setelah melihat bagian bawah sepatu kets ku (midsole), baik yang kiri, dan kanan, sebelumnya sudah menganga, kini hampir lepas, bahkan bagian atasnya (toe cap dan toe vamp) robek, karena aku berlari cukup kencang.
“Garvin, kenapa kamu mengikuti papa terus!“, Tanya papaku, kesal, gemas.
“Pa, kalau memang papa engga bersalah, papa jangan kabur, papa mesti menyerahkan diri sama polisi“, Jawabku memelas.
“Kamu pergi sana!“, Bentak papaku.
Aku hanya diam, dan masih berdiri di hadapan papaku, Papaku yang kesal, mendorong tubuhku, aku jatuh terpental ke belakang, Papaku kembali lari, bahkan lebih cepat lagi, Beberapa warga pemukiman kumuh, hanya terdiam bingung, melihat apa yang terjadi, Aku kembali lari mengejar papaku, Namun papaku sudah jauh dariku.
Jalan membelah pemukiman padat, dan kumuh ini, sudah tidak di kategorikan lagi, sebagai lorong jalan sempit, karena lebarnya lebih dari satu setengah meter an, dan bisa di lalui dua kendaraan sepeda motor, Papaku sudah berada di tempat itu, Ia melangkah cepat, setengah berlari, Tiba di persimpangan jalan ber cabang dua, Papaku menghentikan langkah kakinya, karena sudah begitu kelelahan, Papaku menoleh ke belakang, Ia kembali panik, Ke empat anggota Polisi sudah ada di belakangnya, walaupun masih jauh, dan terhalang beberapa warga dan gerobak pedagang makanan yang lalu lalang.
Papaku ingin kembali lari ke salah satu jalan bercabang itu, Papaku terperanjat kaget, juga kesal, Aku sudah ada di hadapannya, Papaku tetap ingin lari dengan melewatiku, Aku menghadangnya.
“Garvin, Itu polisi sudah ada di belakang papa!“, Kata papaku, kesal, gemas.
“Papa jangan kabur“, Balas melas menangis.