Independent Child

Ir. Rachmat
Chapter #24

Berhenti Sekolah Sementara

Pagi ini, pantulan sinar matahari, membias menerangi kamar tidur mamaku, lewat jendela yang terbuka, Namun udara segar, hanya sedikit masuk ke dalam kamar, sebab ada dinding triplek rumah tetangga kami, hanya berjarak kurang dari satu meter, dari dinding triplek rumah tempat tinggal kami.

 

Aku berseragam sekolah, baju di masukan, dengan pengikat tali rapia warna hitam sebagai pengganti sabuk,  meletakkan segelas air minum di atas buffet kecil, di samping tempat tidur mamaku, Sementara mamaku masih berbaring, dengan wajah menghadap ke dinding triplek.

“Ma,….“, Sapaku.

Mamaku tidak ber reaksi sama sekali, Entah masih tidur, hingga tidak dengar suaraku, Atau masih tidak ingin bicara denganku, Aku memeriksa suhu tubuh mamaku, dengan meletakkan ujung telapak tangan, dikening mamaku.

“Demam mama, sudah berkurang“, Kataku tersenyum.

Mamaku hanya diam.

“Banyak minum air putih ya, ma, Biar demam mama turun lagi“.

Mamaku tidak juga merespon ucapanku.

“Kalau mama mau sarapan, aku sudah rebus telur di dapur, Fiona, Rafael, sudah mandi, sudah sarapan telur rebus“, Kataku lagi.

Aku keluar kamar, lalu menutup pintu kamar dari luar.

“Pintunya jangan di tutup, Panas!“, Kata mamaku, tenyata tidak tidur, dan bicara keras, bernada ketus padaku.

“Iya ma“, Jawabku.

Aku keluar kamar, dengan membuka lebar-lebar pintu kamar, Sesaat kemudian, mamaku beranjak dari tidurnya, Mamaku yang haus, menenggak segelas air minum itu hingga habis.

 

 Aku keluar dari dalam rumah, Aku mengambil kantong kresek, yang kemarin aku simpan di sudut teras muka rumah, Aku mengeluarkan isi kantong kresek, yaitu, Sepasang sepatu kets ku yang sudah jadi empat bagian, Bagian bawah sepatu (midsole), keduanya sudah lepas, bagian atasnya robek, Mungkin masih bisa di perbaiki oleh tukang sol sepatu, tapi aku tidak ada uang, Aku pun memasukan kembali keping-keping sepatuku kedalam kantong kresek, lalu aku letekkan di tempat sebelumnya.

 

Hari ini, dan entah sampai beberapa hari kedepan, aku memang sudah memutuskan untuk tidak sekolah dulu, di samping sepatu ku hancur, tidak bisa di gunakan lagi, Aku juga, sudah tidak ingin menggunakan sabuk, namun aku, harus menggunakan tali rapia untuk mengecangkan celanaku, agar tidak melorot, Aku juga harus memakai pakaian seragam sekolah, karena, hanya pakaian ini, yang masih lumayan bagus, dan layak aku gunakan, untuk misi tujuanku hari ini. Aku pun dengan menggunakan sandal jepit, melangkah meninggalkan rumahku.

   

Masih di sekitar bantaran sungai Ciliwung, tidak jauh dari tempat tinggalku, Ada sebuah kios air isi ulang, Seorang pria usia 45 tahun pemilik kios,  menaikan galon berisi air ke dalam rak besi, yang terpasang di jok sepeda motornya, Aku mendekati pria itu.

“Om, Apa ada kerjaan untuk aku?, Aku di bayar berapa saja, Mau om“, Kataku.

Lihat selengkapnya