Kini di pagi ini, di jalan perkerasan beton bantaran Sungai Ciliwung, Fiona dan Rafael, kedua adikku, sedang bermain dengan teman-teman seusianya, Kedatangan Tukang mainan anak-anak keliling menggunakan gerobak dorong, lalu mangkal di tempat itu, langsung jadi pusat perhatian mereka, Walaupun mereka anak-anak kelurga miskin, sama seperti kami, namun kedua orang tua mereka, masih mampu membelikan anak-anaknya mainan, dengan harga dua ribu an sampai lima ribuan, Mainan dari bahan serba plastik, seperti mobil-mobil an plastik, boneka plastik, Sementara Fiona dan Rafael, kedua adikku, hanya terdiam manyun, memperhatikan teman-temannya, sudah memiliki mainan baru.
Dari kejauhan, aku memperhatikan kedua adikku itu, Aku berharap di hari pertama kerja sebagai asisten tukang parkir, aku dapat uang untuk membelikan kedua adikku mainan, Dan tentunya, yang sangat aku harapkan sekali, dapat jatah nasi Padang Komplit dari Odi Ogleg, agar kedua adikku, bisa makan enak dan nikmat, tanpa harus di muntahkan lagi.
Area parkir gedung pertokoan ini, sudah di padati mobil-mobil sedan mewah, yang di kemudikan sopir pribadi, dari siswa-siswi sekolah SMU favorit, Mahasiswa-mahasiswi dari beberapa Perguruan Tinggi ternama, dan pegawai-pegawai perkantoran, Mereka semua, sudah mendaftarkan diri jadi peserta, Lomba Daya Ingat Tingkat Nasional, kategori umum, Aku juga sudah mulai dengan tugasku sebagai asisten Odi Ogleg, untuk memarkirkan mobil-mobil itu.
Dari dalam gedung pertokoan yang di jadikan kantor itu, keluar Odi Ogleg dan temannya bernama Iboy, lalu mendekatiku.
“Garvin, gue sama Odi, mau coba daftarin elo lomba daya ingat tingkat nasional, tapi pas gue tau biaya pendaftarannya, jantung gue jadi mau lepas, Mahal banget, per orang lima ratus rebu, Gue kagak punya uang sebanyak itu“, Kata Iboy.
“Emang si hadiahnya mantap banget, Juara buncitnya aja, 150 juta“, Sambung Odi Ogleg.
“Mana waktu pedaftaran, tinggal hari ini lagi“, Lanjut Iboy.
“Abang kenapa daftarin aku?“, Tanyaku.
“Ngeliat elo kemaren bisa inget lima nomer telpon, Gue yakin, elo ada peluang menang lomba, kawan“, Jawab Odi Ogleg.
“Belum tentu juga bang, Aku dengar, mereka-mereka yang daftar, pada ikut kursus SMC“, Kataku.
“Apa itu SMC, kuping gue kagak paham?“, Tanya Iboy.
“Dari buku yang pernah aku baca, SMC itu, singkatan dari, Student Memory Course, Kursus untuk meningkatkan daya ingat“, Jawabku.
“Gue, Odi, tetep mau daftarin elo, Ini kita mau coba cari pinjeman uang dulu, Entar kalo elo memang, uang mereka gue kembaliin dua kali lipet“, Kata Iboy.
“Tapi kita mesti sepakat dulu kawan, Elo memang lomba, itu uang hadiah, kita pecah tiga, Elo 60 persen, Gue sama Iboy, masing-masing 20 persen“, Sambung Odi Ogleg.
“Kalau aku kalah?“, Tanyaku.
“Paling gue babak belur, di kroyok“, Jawab Odi Ogleg.
Aku jadi cemas, berpikir.
“Elo tenang aja kawan, Gue uda biasa di kroyok orang satu RT“, Lanjut Odi Ogleg.
“Kalau aku kalah, Apa aku masih bisa kerja bantuan abang markirin mobil?“, Tanyaku lagi.
“Ko elo ngomong kalah terus si, Gue aja yakin, elo bisa juara“, Kata Iboy.
“Elo mesti optimis kawan, jangan pesimis, Biar kita dapet uang banyak, Elo kepengen kan, pegang uang ber jut-jut?“, Sambung Odi Ogleg.
Aku jadi teringat keluargaku di rumah, Setiap hari makan telur, Mamaku terlilit hutang, Kami juga terancam di usir pemilik rumah kontrakan, Sementara papaku, mendekam di tahanan.
“Uda elo, kagak usah pikir-pikir, Ikut aja apa kata gue, oke“.
“Iya bang“.
“Lanjutin tugas elo, Gue sama Iboy, mau ber grilya cari pinjeman“.
Odi Ogleg dan Iboy, dengan wajah bersemangat, pergi meninggalkan tempat, Aku kembali memakirkan mobil.
Dua jam kemudian, Odi Ogleg dan Iboy, kembali, namun wajah mereka, sudah berubah jadi sedu dan lesu.
“Sorry kawan, gue uda berusaha cari pinjeman, malah di kasih sumbangan, Yang namanya sumbangan, ya, ala kadarnya aja, Dari 7 teman-temen gue yang nyumbang, cuma terkumpul uang, 85 rebu perak, Masih jauh dari cukup“, Kata Iboy.
Aku hanya mengangguk.
“Tapi gue belon putus asa kawan, Gue mao coba cari pinjeman sama atasan gue, Bang Jabrik, yang dulu pernah pegang parkiran ini“, Kata Odi Ogleg.
Odi Ogleg mengeluarkan HP nya, lalu agak menjauh dariku, menelpon seseorang. Seorang Petugas Satpam pria usia 40 tahun an, keluar dari dalam gedung pertokoan yang di jadikan kantor itu, Ia menempel selembar kertas di dinding kaca, Iboy mendekatinya, dan bicara dengan itu Satpam, Aku tidak dengar apa yang di bicarakan, namun setelah itu, Iboy jadi panik, Odi Ogleg menutup HP nya, Iboy tiba dekat kami.