Independent Child

Ir. Rachmat
Chapter #31

Ajal Di Ujung Sabuk

Papaku dengan di kawal Sugeng, dan dua orang Anggota Polisi, melangkah di jalan perkerasan beton bantaran Sungai Ciliwung, Sementara mobil Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polrestabes, di parkir di pinggir jalan raya, karena jalan perkerasan beton itu, hanya di khususkan untuk kendaraan beroda dua, atau tiga, Tiba di depan rumah tempat tinggal kami, Papaku setengah berlari, mendekati pintu masuk rumah.

“Ma, papa sebentar lagi bebas, papa sudah terbukti tidak bersalah,..… !“, Kata papaku, setengah berteriak dalam kebahagiaan.

Dari dalam rumah, tidak ada sahutan, Papaku membuka pintu rumah yang tidak terkunci itu, lalu masuk kedalam rumah, sambil terus bicara.

“Ma, kita tetap berangkat ke Papua, Papa sudah telpon kawan papa, Kita bisa hidup senang, tenang disana“.

Papaku membuka pintu kamar, mamaku tidak ada di dalam kamar, Papaku melihat dua amplop berisi surat di atas tempat tidur, Pada kedua amplop itu, ada tulisan,‘SURAT WASIAT‘, Salah satunya, surat wasiat yang sebelumnya papaku buat, Papaku jadi panik, lalu berteriak.

“Mama,…… !“.

Papaku bergegas keluar kamar, lalu membuka pintu dapur, Baru beberapa jengkal kaki melangkah, sekujur tubuh papaku lemas, lalu jatuh terduduk, dan menangis.

“Mama, he,……“.

Di dalam dapur, tepat di hadapan papaku, tubuh mamaku sudah tergantung tak bernyawa lagi, Leher di kalungi lingkaran sabuk bagian pangkal, yang di lengkapi Buckle Frame, Tulang penusuk (prong) pada Buckle Frame, terkait masuk pada lubang strap, sementara bagian ekor sabuk yang berlubang, masuk kedalam paku, yang memang ada, dan tertanam pada balok kayu krangka plafond rumah, namun plafonnya belum terpasang, Di bawah kaki mamaku yang tergantung, kursi kayu sudah tergeletak. Mamaku gantung diri, menggunakan sabuk yang aku simpan di box kontainer plastik itu.

   

Di depan rumah tempat tinggalku, sudah banyak warga berkumpul, diantarnya Nela dan Desi, dua ibu-ibu usia 40 tahun an itu, berdiri dekat Sugeng, dan dua orang Anggota Polisi.

“Jadi Hugo suaminya Leana, uda mau di bebasin ya, pak?“, Tanya Nela.

“Iya benar, kami sudah menemukan pelaku yang sebenarnya“, Jawab Sugeng.

Mereka semua warga di sekitar tempat tinggalku senang, Salah seorang Anggota Polisi, melihat jam di pergelangan tangannya.

“Sudah lebih dari 20 menit, Saudara Hugo belum juga keluar rumah, Komandan“, Kata Anggota Polisi pada Sugeng, komandannya.

“Mereka pasti, lagi pada kangen-kangen an pak, karna hampir seminggu, engga ketemu“, Kata Desi.

“Biar kita yang panggil pak“, Sambung Nela.

Nela dan Desi, masuk kedalam rumah, sesaat kemudian, dari dalam rumah, terdengar teriakan suara Nela dan Desi.

“Tolong,……….. !“.

Lihat selengkapnya