Gedung-gedung bertingkat, dan rumah-rumah pemukiman penduduk, bagaikan tumpukan puzzle yang tersusun rapih, di antara garis-garis hitam perkerasan aspal jalan raya, dan terhampar sejauh mata ku, Fiona, dan Rafael, memandang, dari ketinggian balkon suite room lantai 38 hotel berbintang lima di pagi hari ini, Hembusan angin masih terasa setengah menyejukan kami, yang sudah memakai pakaian baru dan modis.
“Ka, aku kangen papa, mama“, Kata Fiona.
“Sama, kaka juga kangen bener, sama papa, mama, ade“, Balasku.
Rafael walau tidak bersuara, namun dari mimik wajahnya, tertampak begitu ingin bertemu dengan papa dan mamaku.
“Kapan kita ketempat papa, ka?“.
“Papa sudah terbang “.
“Mama?“.
“Mama malah, duluan terbang“.
“Ninggalin kita bertiga?“.
Aku sejenak ragu untuk menjawab, lalu mengangguk, meng iyakan.
“Maksud kaka, terbang naik pesawat?“, Tanya Fiona lagi.
Aku kembali terdiam beberapa saat, lalu mengangguk.
“Kita terbang aja, nyusul papa, mama“, Kata Fiona.