Saya mengenal Pak Ciptono tergolong belum lama. Saat itu ada seorang teman yang bercerita tentang Pak Cip dan Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang yang sarat prestasi. Saya pun penasaran bukan kepalang. Maka, ketika berkesempatan memberi training di Semarang, saya menyempatkan waktu secara khusus untuk berkunjung ke rumah beliau. Ya, di rumah beliaulah, untuk kali pertama saya merasakan atmosfer dan aura pendidikan yang tulus dari seorang pendidik. Beberapa murid beliau tengah berada di situ dan saya melihat mereka begitu at home serta dekat dengan Pak Cip dan keluarganya.
Keakraban saya dengan Pak Cip (panggilan akrab beliau) pun berlanjut. Saya beberapa kali meminta bantuan beliau untuk mengisi seminar pendidikan yang saya selenggarakan. Pada kesempatan lainnya, saya beberapa kali tampil bersama beliau mengisi kegiatan seminar, workshop, atau diklat, atas undangan pihak lain. Semua pengalaman yang saya rasakan menyisakan kesan yang amat mendalam: Pak Cip adalah seorang inspirator kemanusiaan yang luar biasa.
Pak Cip tidak saja menginspirasi murid-muridnya yang berkebutuhan khusus, tetapi juga menginspirasi para pendidik, orangtua, bahkan para pejabat, baik negeri maupun swasta. Inspirasi yang diberikan Pak Cip kepada begitu banyak orang bagi saya seperti mata air yang airnya terus mengalir, terus bergerak.
Belakangan ini muncul sebuah inspirasi yang kembali memancing kekaguman saya. Apa itu? Seperti yang sering diceritakan beliau kepada saya, inspirasi itu adalah membangun Rumah Inspirasi Indonesia tidak jauh dari sekolahnya. Dengan Rumah Inspirasi ini, Pak Cip ingin mengajak semua orang untuk lebih membuka mata hatinya dalam melihat bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus itu menciptakan karya-karya yang membanggakan. Menurut Pak Cip, anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak butuh dikasihani. Yang mereka butuhkan adalah diterima dengan baik kehadirannya, diakui, dan dihargai karya-karyanya.