"Ilyn,"
Cewek berkuncir kuda yang sedang memasukkan buku ke dalam tas itu menoleh saat mendengar namannya dipanggil. Alisnya seketika berkerut melihat Anggika berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa, Nggi?" Tanya Aerylin bingung. Tumben sekali Anggika memanggilnya secara tiba-tiba. Biasanya, cewek itu akan menemuinya hanya kalau mereka berada dalam satu kelompok saja. Itupun cuma untuk membicarakan pembagian tugas.
Dan kini Anggika memanggilnya tanpa memiliki keperluan tugas ataupun kelompok.
Agak aneh rasanya.
"Oh, gue mau ngasih ini," sebuah ponsel terulur ke arah Aerylin yang diterimanya dengan ragu. Dia seperti mengenal pemilik ponsel bercase biru yang dihiasi bandul doraemon tersebut.
"Kayaknya ponsel itu punyanya Momo, deh. Soalnya gue nemuin di kolong mejanya."
Nah, kan. Pantas saja dia seperti mengenal ponsel tersebut. Wong, itu punya Momo, teman sebangkunya. Cewek itu memang terkadang pelupa.
"Makasih, ya, Nggi." Ucap Aerylin sambil tersenyum manis.
"Sama-sama."
Menyampirkan tas di bahu, Aerylin segera berderap keluar kelas. Momo pasti sedang menunggunya di parkiran. Tadi dia memang sengaja menyuruh Momo untuk pergi ke parkiran terlebih dahulu. Karena dia masih menyalin catatan Bahasa Indonesia.
Langkah Aerylin menjadi tergesa begitu jaraknya dengan Momo semakin mendekat.