Ineffable

Arsyika awalina
Chapter #2

Chapter 1

Kelas 11 Bahasa 2 sangat ramai pagi ini.

Walau memang kelas tersebut tidak pernah yang namanya sepi. Tapi, ada perbedaan untuk kali ini. Karena beberapa murid cewek sudah membentuk lingkaran di lantai depan kelas. Suara cekikikan mereka bahkan terdengar sampai di bangku Aerylin, yang terletak di pojok kiri, bangku kedua dari belakang.

Aerylin bisa tebak kegiatan apa yang dilakukan murid cewek pagi-pagi dengan membentuk lingkaran seperti itu. Apa lagi kalau bukan ngegosipin orang.

Sedangkan para murid cowok sedang asyik bernyanyi dangdut di koridor kelas. Sekalian tebar pesona juga. Siapa tahu dapat cewek seangkatan atau bahkan degem.

'Sambil menyelam minum air' kalau kata Tetet.

Aerylin melirik ke samping, tempat Momo berada. Cewek berambut pendek itu kini tengah sibuk berkutat dengan ponselnya sambil memakai earphone. Entah dia memang mendengarkan lagu atau hanya sekadar pelarian agar pura-pura tidak mendengar gosipan para murid cewek dan suara fals milik Pian---Si Artis dangdut yang gagal tenar.

Diam-diam, Aerylin penasaran juga. Bukan. Bukan penasaran sama Momo. Tapi penasaran sama topik gosipan murid cewek. Soalnya, berapa kali Aerylin sempat mendengar nama 'Sakha' dan 'Lauren' disebut-sebut.

Setelah kejadian Aerylin dipermalukan oleh Sakha Danen Rajendra di parkiran, malamnya, dia langsung mengeluarkan jiwa stalker-nya untuk mengorek informasi tentang cowok itu melalui sosmed. Dan apa yang didapat Aerylin mampu membuatnya tercengang.

Sakha sama sekali nggak punya akun sosmed.

Iya. Cowok sok akrab itu nggak punya akun sosmed. Mungkin paling banter cuma whatsapp doang. Selebihnya? Dia kayak orang di zaman purbakala.

Tahan banget dia tanpa sosmed di zaman serba modern ini. Hidupnya pasti flat macam teplon Emak-Emak di rumah.

Meski di website, facebook, instagram, telegram, twitter, ask.fm, ataupun path sekolah foto Sakha sering muncul dengan berbagai penghargaan yang sudah berhasil diraihnya, tapi buat apa kalau dia sama sekali nggak tau?

Percuma!

Dan setahu Aerylin, Sakha bukanlah admin dari salah satu sosmed sekolah.

Ck. Dasar kanebo kering.

Aerylin kembali melirik Momo yang sekarang duduk senderan di tembok. Matanya memejam dengan kepala yang dianggukkan, mungkin sedang mengikuti ketukan lagu.

Aerylin percaya kalau Momo pasti tau tentang Sakha secara lebih terperinci. Mengingat teman sebangku sekaligus sahabatnya itu juga ikut di klub basket.

"Mo," panggil Aerylin pelan yang tidak digubris oleh Momo.

"Heh, Momo Geisha!" Dia menaikkan nada suaranya, berharap Momo peka. Tapi nihil. Sama saja.

Aerylin pun mencoba mengguncang kasar tubuh Momo. "Momo Geisha Anaknya Pak Naufal sama Bu Elis. Gebetannya---"

"Iya, kenapa?!" Sentak Momo tiba-tiba membuat Aerylin terkejut. Dia memanyunkan bibir melihat mata Momo melotot. Seram. Kayak Valak yang ditagihin utang.

"Gue cuma mau tanya sesuatu sama lo. Nggak usah sok galak!" Aerylin menggeser duduknya mendekat ke Momo. Wajahnya dimajukan, tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka, seolah-olah topik yang akan diangkat begitu rahasia seperti soal Ujian Nasional. Atau bahkan sampai melebihi ketatnya penjagaan formula rahasia milik Tuan Krabs.

"Jangan deket-deket, parno gue." Celetuk Momo sambil melepas earphone.

Mata Aerylin melotot sempurna sebelum sedikit memundurkan wajahnya. Catat! Sedikit. Dia masih ingin pembicaraannya dengan Momo tidak didengar selain mereka berdua dan Tuhan, karena kalau didengar orang lain takutnya akan berujung menjadi gosipan hangat di sekolah.

"Lo tau kan tentang Sakha? Si Kanebo Kering yang sok akrab sama gue kemarin?" Tanya Aerylin berbisik.

Momo mengernyit. "Kenapa lo nanya tentang Sakha sama gue?"

"Soalnya lo satu klub basket sama dia."

"Lo naksir dia?" Tanya Momo asal.

Aerylin refleks menggeplak lengan Momo keras, membuat sahabatnya itu mengaduh sakit. Enak saja dia dibilang naksir cowok sok akrab macam Sakha. Bahkan, keinginan untuk deket-deket sama salah satu spesies kanebo kering itu sama sekali nggak termasuk ke dalam daftar impian Aerylin di masa hidupnya.

Kesan pertama yang ditinggalkan Sakha aja udah nggak enak bagi Aerylin. Jadi, udah dipastiin kalau Sakha adalah orang yang nyebelin.

"Gue cuma heran aja. Ada gitu manusia kayak Sakha yang sama sekali nggak punya akun sosmed. Nggak mati kebosenan dia?" Raut penasaran begitu kentara tampak di wajah Aerylin.

Momo melihat Aerylin sekilas sebelum berkutat dengan android canggihnya. "Dia punya whatsapp."

Aerylin menggeleng keras. "Tapi instagram? Twitter? Path? Atau facebook gitu? Dia nggak mungkin nggak punya, kan?"

"Setahu gue, dia emang nggak punya begituan. Katanya, nggak guna. Dia bukan tipikal orang yang terlalu suka punya banyak akun sosmed. Whatsapp aja udah cukup. Itupun dia pake karena sekarang nge-trennya gitu. Kalau masih lebih nge-tren BBM, dia pasti cuma punya itu doang atau mungkin, masih pake SMS." Jelas Momo tanpa melepas pandangan dari ponsel.

Aerylin terperangah. Sederet kalimat yang Momo lontarkan terus berputar-putar di kepalanya. Sekarang Aerylin benar-benar yakin kalau Sakha itu sebenarnya manusia dari zaman purbakala yang dipaksa hidup di zaman modern serba canggih ini.

"Terus, lo tau apa yang lagi digosipin sama para cewek-cewek di depan kelas?"

Tatapan Momo beralih. Alisnya terangkat satu. "Ngapain lo---"

"Guys, gue bawa gosip terbaru yang lagi hot di sekolah, nih!"

Tiba-tiba, datang Farenina Acelin atau kerap dipanggil Cecel, ke bangku Aerylin dan Momo. Cewek berlesung pipi itu langsung duduk di depan Aerylin dengan tubuh yang condong ke depan.

Lihat selengkapnya