Inestable

Mizan Publishing
Chapter #3

Pecel Lele

Ucapan Nakula membuatnya kaku untuk sesaat. Tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan. Setelah cemburu tidak jelas dan membuat tangannya memerah, Nakula dengan mudahnya meminta maaf.

So sweet banget, sih!” pekik salah satu cewek di ujung lorong yang menyaksikan mereka.

“Kenapa enggak gue aja coba yang digituin?” ucap cewek lainnya.

Nakula maupun Aluna tidak memedulikan ucap anucapan di sekitar mereka. Sibuk saling menatap satu sama lain.

Aluna mengedipkan mata, kembali ke realita.

“Iya,” jawab Aluna singkat. “Awas, aku mau masuk!”

“Maafin aku, enggak?” ulang Nakula menegaskan.

Aluna menghela napas berat. “Iya, Nakula! Aku maafin. Awas!”

Nakula menurunkan tangannya, lalu mendadak menarik lengan Aluna.

“Coba aku cek,” ucap Nakula sambil mengamati hasta lengan Aluna. Bisik-bisik tidak suka semakin menjadi ketika melihat Nakula mengusap lembut tangan Aluna. Aluna yang diperlakukan seperti itu mendadak malu sekaligus melting.

“Nakula! Enggak apa-apa, kok. Enggak usah dielus-elus gitu. Dilihatin banyak orang, nih!” bisik Aluna.

“Enggak apa-apa,” jawab Nakula.

Wajah Aluna mendadak merona melihat sikapnya.

“Tangan kamu masih merah, udah dikasih ....” Nakula menghentikan ucapannya ketika menoleh ke arah Aluna.

“Muka kamu emangnya aku tepis juga, ya? Kok, merah?”

Aluna salah tingkah. “Enggak, kok!” Aluna menjauhkan tangannya dari Nakula. “Ya, udah, kamu ke kelas sana! Bentar lagi bel,” lanjutnya.

“Ya, udah.” Nakula mengangguk, kemudian pergi. Namun, baru empat langkah Nakula berhenti dan memutar badannya. “Aluna!”

“Iya?”

“Entar malem setengah tujuh aku jemput.”

“Eh? Ke mana?”

Nakula tidak menjawab, memutar kembali badannya, dan pergi begitu saja.

***

Gadis itu tampak heboh sendiri di kamar. Dia membuka isi lemari dan mengeluarkan semua pakaian yang dia miliki. Entahlah, hari itu Aluna merasa semua baju seperti tidak cocok untuknya. Dia gugup karena ini adalah kencannya setelah hampir tiga bulan absen jalan bareng dengan Nakula.

“Bagus enggak, sih?” gumam Aluna menatap pantulan dirinya di cermin. “Kayaknya ketuaan, deh!”

“Dek? Dek!” seru Aran dari luar kamar.

“Apa, Kak?” sahut Aluna dari dalam.

“Itu pacar lu udah dateng! Buruan!”

“OMG!” Aluna menepuk jidat, lalu melihat jam dindingnya. “Udah jam setengah tujuh!”

Lihat selengkapnya