Libur semester telah usai. Sekarang memasuki tahun ajaran baru. Liburan kali ini berlalu begitu cepat. Saatnya semua kembali menuju sekolah. Begitu pula dengan Naya.
Kini Naya telah berada di sekolah barunya. SMAN Cendekia. SMA negeri favorit yang lumayan banyak peminatnya setelah SMAN Pelita Bangsa.
Naya sedang menunggu kedua temannya di gazebo. Semalam, mereka sudah janjian untuk bertemu di gazebo saja supaya mereka tidak perlu repot-repot untuk mencari. Tetapi, sampai detik ini mereka belum juga menampakkan batang hidungnya.
Naya terus menggerutu di dalam hati. Niat hati mau menghubungi kedua temannya itu, tetapi dia sadar bahwa di hari pertama masuk sekolah ini dilarang membawa handphone. Naya mengerucutkan bibirnya. Kesal sekali!
Naya sudah menunggu selama 10 menit. Bahkan lebih. Diliriknya jam yang bertengger di pergelangan tangannya. Sekarang jam menunjukkan pukul 06.42. Benar-benar tidak sesuai janji. Inilah yang tidak disukai Naya. Dia yang selalu menunggu lama.
“Ishh, mana sih mereka?” Naya berdecak sebal.
“Hey! Cemberut mulu! Udah lihat daftar pembagian kelasnya belum?” tanya Fida tiba-tiba datang dari samping yang mengejutkan Naya. Melihat kedua temannya sudah datang, Naya semakin mengerucutkan bibirnya.
“Kalian nih, lama. Kan gue dari tadi nunggu kalian disini. Gue kira kalian tepat waktu. Ehh, gue sampai sini aja kalian belum datang. Ya, nggak maulah kalau gue lihat daftar pembagian kelasnya sendirian. Masa iya gue kesana-kemari sendirian!” sungut Naya kesal.
“Maafin kita ya, Nay. Ya sudah, kita lihat aja, yuk?” ajak Dhila.
Mereka pun berjalan menuju papan tempat pembagian kelas yang banyak dikerubungi. Naya berusaha mengintip, namun tetap saja tidak terlihat. Dia agak berjijit supaya dapat melihatnya. Dan kini, Naya dapat melihatnya. Walaupun hanya terlihat sedikit. Tepat saja Naya melihat kelas 10 IPA 1. Tepat diurutan ketiga belas, terdapat nama Naya. Innayah Auliya Putri.
Dia melihat daftar nama tersebut ke bawah. Siapa tahu ada seseorang yang dia kenal. Dia terus melihat daftar nama di kelas 10 IPA 1. Perlahan, Naya bisa melihat jelas karena dua orang di depannya mudur. Meninggalkan kerumunan tersebut. Naya sedikit bernapas lega karena dapat melihat dengan jelas.
Naya sama sekali tidak menemukan nama kedua sahabatnya itu. Netranya melihat ke samping kanan. Terdapat Fida yang sedang melihat daftar nama kelas 10 IPA 3 dan Dhila melihat daftar nama kelas 10 IPA 5.
“Yahh, kita enggak sekelas,” ujar Naya dengan cemberut.
Fida melihat Naya sekilas. “Memang lo masuk kelas mana? Nama gue sama Dhila enggak ada di sana?” tanya Fida sambil terus mencari namanya. Naya menggeleng. “Gue masuk kelas IPA 1 dan nama kalian enggak ada.”
“Jangan sedih gitu lah, Nay. Kan kita masih bisa main bareng saat istirahat. Memang enggak ada yang lo kenal gitu?” tanya Dhila.
“Gue udah lihat dari atas sampai bawah tapi tetep aja nama kalian enggak ada,” jawab Naya. Naya mengerucutkan bibirnya sebal. Ingin rasanya dia pindah kelas saja. Naya ingin sekelas dengan Fida dan Dhila. Bodo amat jika dia dikatakan egois karena dia susah sekali menerima kehadiran orang baru. Dia akan mulai membuka diri setelah satu semester terlampaui. Yakinkah dirinya dapat melewati hari-harinya dengan kemana-mana ‘sendirian’? Ataukah dia harus membuka diri mulai saat ini?
Naya menundukkan mukanya. Bertepatan dengan itu, dia melihat terdapat nama Fida. Faridatun Nisa. Ditatapnya daftar nama kelas yang terdapat di bawah kelas 10 IPA 1. Kelas 10 IPA 2. Disana juga terdapat nama Dhila. Syafira Nur Fadhila.
“Kalian masuk kelas IPA 2,” ucap Naya lemah.
“Beneran, Nay? Lo enggak bohong, kan?”
“Sumpah lo, Nay?” tanya Fida dan Dhila bersamaan.
“Liat aja sendiri kalau enggak percaya.”
Fida dan Tsani segera melihat sendiri. Membuktikan apa yang telah Naya katakan barusan.