Abi pulang dengan mobil sewaan yang dikendarai oleh Samuel. Ia kelelahan setelah berdiskusi dengan penanam modal seharian penuh, belum lagi ia harus membandingkan kayu mebel desain Italia dengan kayu mebel yang perusahaannya distribusikan. Bisnis ini ketat bersaing tapi perusahaannya sudah lelah mengirimkan bahan baku mentah. Abimanyu ingin maju beberapa langkah dan langkahnya terbilang sulit. Selain banyaknya perijinan di negeri sendiri, ia harus memastikan produknya layak beredar sampai ke Eropa. Jujur saja Abi tidak berpikir Kalina mau memakai uangnya untuk apa toh keuntungan yang Abi dapat dari menjadikan Kalina sebagai pasangan lebih banyak dari pada barang yang Abi sodorkan sebagai sogokan.
Lampu Pent House depan menyala tapi di dalam lampunya padam. Abi memiliki akses masuk ke Pent House tanpa perlu membangunkan penjaga rumah. Pent house di pesan menuruti gaya mewah hidup Kalina namun semakin ke sini Abi jadi ragu dengan asumsinya sendiri. Benarkah yang semua ia ketahui tentang Kalina adalah kebenaran? Kenyataannya ketika mereka sering mengobrol, Kalina jauh dari sosok perempuan dangkal yang hanya cantik di luar namun berotak kosong.
Saat berjalan menuju kamar. Lampu dapur masih menyala dan Abi mendengar suara sendok berdenting dengan gelas. Ternyata Kalina sedang membuat minuman. Perempuan itu nampak mungil karena kaosnya yang kebesaran.
“Belum tidur?”
Wanita itu terlonjak, sendok aduknya sampai terlepas. “Kamu membuatku kaget. Baru pulang? Mau ku buatkan teh sekalian?”
“Kamu bisa membuatnya?”
“Tentu. Kan Cuma segelas teh.”
Abi memilih duduk di kursi meja makan. Ia mengambil sebutir apel lalu memakannya tanpa dikupas.
“Apa kamu juga lapar?” tanyanya sambil meletakkan secangkir teh hangat di depan Abi.
“Tidak begitu. Aku makan malam terlalu sore hingga butuh pengganjal tambahan. Terima kasih tehnya. Bagaimana harimu? Sudah ke mana saja seharian ini?”
“Hariku menyenangkan. Aku pergi ke tempat yang menakjubkan.”
“Lalu apa saja yang sudah kamu beli?”
“Tidak Ada. Aku hanya jalan-jalan.”
Dahi Abi berkerut dalam. Kalina hanya melihat-lihat tanpa membeli. Sulit dipercaya tapi ia jadi kepikiran. Abi belum membuka sama sekali pesan yang Maria kirimkan. Ponselnya yang ada di saku celana ia buka. Alangkah terkejutnya Abi setelah tahu di mana sang tunangan seharian berada.
“Kamu ke Pompeii?”